SELAMAT DATANG! SEMOGA PERSEMBAHAN KAMI DALAM BLOG INI BERMANFAAT! JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR PADA TULISAN KAMI! TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG!

Sunday, November 11, 2018

PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dan pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses, yaitu proses untuk mencapai sejumlah tujuan. Penilaian yang dimaksudkan untuk mengukur kadar pencapaian tujuan itu, yang dengan sendirinya juga harus merupakan suatu proses. Hendaknya dilakukan secara berkesinambungan selama berlangsungnya ke­giatan pengajaran.
Pemahaman guru terhadap proses penilaian merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Selama ini, guru menilai hanya berdasarkan perasaan atau hanya mengandalkan observasi sehingga nilai yang dihasilkan cederung subjektif.
Pada hakikatnya, kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar siswa saja, melainkan juga berbagai factor antara lain kegiatan pengajaran yang dilakukan itu sendiri. Artinya, berdasarkan informasi hasil belajar dapat dijadikan umpan balik terhadap pembelajaran yang dilakukan. Ketidakberhasilan ujian bukan semata-mata kegagalan siswa tetapi mungkin karena kegagalan guru dalam mengajar.
Hasil penilaian guru yang diberikan kepada siswa dipandang sebagai nasib bagi siswa itu sendiri. Artinya siswa yang tidak mendapatkan nilai yang tinggi maka sulit untuk mendapatkan sekolah yang diinginkan bahkan cita-cita pun sulit dicapai karena lapangan pekerjaan dan sekolah tertentu menjadikan nilai sebagai ukuran. Profesionalisme guru dalam penilaian turut menjadi pendukung untuk menentukan nilai seobjektif mungkin.
Hal yang perlu dipahami oleh guru adalah hakikat penilaian dan fungsi, tujuan pembelajaran dan penilaian, dan alat penilaian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apakah hakikat dan fungsi penilaian itu?
2. Bagaimanakah tujuan pembelajaran dan penilaian?
3. Alat-alat apakah yang digunakan dalam penilaian?
C. Tujuan
1. Menguraikan hakikat dan fungsi penilaian  dalam pembelajaran.
2. Menguraikan  tujuan pembelajaran dan penilaian.
3. Menguraikan alat-alat apakah yang digunakan dalam penilaian.
D. Manfaat
1.    Guru dapat memahami hakikat dan fungsi penilaian dalam pembelajaran sehingga mereka dapat menetapkan nilai seobjektif mungkin.
2.    Guru dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat dengan menggunakan alat penilaian yang sesuai tujuan tersebut.
3.    Pemahaman tentang aneka alat-alat tes memberikan wawasan kepada guru untuk menggunakan tes sesuai karakteristiknya.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat dan Fungsi Penilaian
Penilaian berurusan dengan data kuantitatif dan kualitatif, sedang pengukuran yang hanya bagian penilaian itu selalu berhubungan dengan data kuantitatif. Penilaian memerlukan data kuantitatif dari pengukuran. Sebaliknya, pengukuran juga sangat terikat pada penilaian khusus yang berkaitan dengan masalah tujuan dan kriteria yang dipergunakan.
Penilaian adalah proses memperoleh dan mempergunakan infomasi untuk membuat pertimbangan yang dipergunakan sebagai dasar pengambilan informasi. Dengan demikian, terdapat tiga komponen penting penilaian, yaitu informasi, pertimbangan, dan keputusan.
Informasi memberikan data-data (baik kuantitatif maupun kualita­tif) yang berguna untuk pembuatan pertimbangan. Pertimbangan dimungkinkan tepat jika informasi yang diperoleh dan interpretasi terhadapnya juga tepat. Pertimbangan adalah taksiran kondisi yang ada kini dan prediksi keadaan pada masa mendatang. Keputusan yang diambil berdasarkan kedua komponen tersebut adalah pilihan di antara berbagai arah tindakan atau sejumlah alternatif yang ada.
Langkah-langkah penilaian menurut Buchori (1972) adalah per­siapan (berisi penetapan tujuan, aspek yang dinilai, metode, penyusunan alat, penetapan kriteria, dan frekuensi penilaian), pengumpulan data, pengolahan data hasil penilaian, penafsiran, dan penggunaan hasil.
Langkah-langkah penilaian menurut Ten Brink (1974) terdiri dari tahap persiapan yang berupa pemerincian pertimbangan dan keputusan yang akan dibuat, informasi yang diperlukan dan pe­manfaatan yang ada, penentuan waktu dan cara, dan penyusunan alat, tahap pengumpulan data yang diteruskan analisis terhadapnya, dan tahap penilaian yang berupa pembuatan pertimbangan dan keputusan, dan diteruskan dengan pembuatan laporan hasil penilaian.
Tujuan dan fungsi penilaian antara lain adalah untuk mengeta­hui kadar pencapaian tujuan, memberikan sifat objektivitas penga­matan tingkah-laku hasil belajar siswa, mengetahui kemampuan siswa dalam hal-hal tertentu, menentukan layak tidaknya seorang siswa dinyatakan naik kelas atau lulus, dan untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.
Pengukuran dilakukan hanya dengan mengambil sample tentang suatu hal yang akan diketahui karena tak mungkin mengukur se­mua kemampuan siswa, dan siswa sendiri tak mungkin menunjuk­kan semua kemampuannya.
B. Tujuan Pembelajaran dan Penilaian
Tujuan memberi arah dan pegangan yang jelas, memaksa kita untuk berpijak pada kenyataan dan berpikir secara konkret. Tu­juan bagi guru akan membantu untuk memilih bahan, metode, teknik, dan alat evaluasi, sedang bagi murid, la dapat dimanfaat­kan sebagai pengorganisator dan kerangka kerja untuk mem­peroleh ilmu.
Tujuan pembelajaran dan keluaran hasil belajar adalah dua hal yang erat berkaitan. Tujuan menyarankan bentuk-bentuk tertentu ke­luaran belajar, sebaliknya, tingkah laku keluaran belajar merupa­kan realisasi pencapaian tujuan.
Keluaran belajar oleh Gagne dibedakan dalam bentuk keteram­pilan intelektual (yang berisi kemampuan membedakan, konsep, aturan, dan aturan tingkat tinggi), strategi kognitif, informasi ver­bal, keterampilan motor, dan sikap. Pembagian Bloom yang terkenal dengan sebutan taksonomi Bloom yang terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor banyak diikuti orang, termasuk kurikulum di Indonesia.
Proses identifikasi tujuan khusus merupakan proses analisis dan identifikasi keluaran belajar. Tujuan khusus (behavioral objec­tives) menyaran pada tingkah laku keluaran belajar yang ope­rasional, artinya mudah diamati diukur dengan alat penilaian.
Tiap tujuan khusus harus mengandung unsur sasaran, tingkah laku yang diharapkan, kondisi sewaktu dinilai, dan kriteria keberhasil­an. Tidak seperti halnya tujuan umum, tujuan khusus mempunyai cakupan bahan yang terbatas.
Penyusunan alat penilaian harus mendasarkan diri pada tujuan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Alat penilaian di­katakan memenuhi kriteria kelayakan jika dapat mengukur ke­luaran belajar yang konsisten dengan tujuan. Tujuan akan menen­tukan tingkah laku guru dan murid dan bentuk keluaran belajar yang terukur.
Bahan pembelajaran merupakan pengantara tujuan dan alat penilai­an, merupakan sarana tercapainya tujuan dan sumber penyusunan alat penilaian. Karena bahan memegang peranan penting, ia perlu dideskripsikan secara terinci karena hal itu juga dapat dimanfaat­kan untuk menguji kesahihan isi alat penilaian itu sendiri.
Pemilihan jenis alat penilaian harus disesuaikan dengan tingkah laku keluaran belajar yang ditunjuk oleh tujuan, baik itu yang berkaitan dengan kemampuan kognitif, tingkah laku efektif, maupun psikomotor. Jenis penilaian mungkin berupa lisan atau ter­tulis, observasi, wawancara, perbuatan, dan sebagainya.
Tingkatan penilaian terutama dikaitkan dengan aspek kognitif yang terdiri dari tingkatan pengetahuan (ingatan), pernahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kegiatan penilaian umumnya hanya ditekankan pada (sampai dengan) tingkatan ingatan dan pernahaman saja. Aktivitas kognitif yang lebih tinggi tingkatannya dan lebih penting dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan justru sering tidak nampak dalam penilaian.
Penyusunan alat penilaian seharusnya mencakup keenam tingkat­an aspek kognitif itu, tetapi dengan memperhatikan perimbangan bobotnya, yaitu sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Semakin tinggi tingkat kemampuan kognitif siswa, se­makin tinggi pula penilaian daya kognitif yang diberikan.
Tabel spesifikasi atau kisi-kisi berisi perincian pokok bahasan yang diteskan, tingkat kemampuan kognitif yang diukur, perim­bangan dan jumlah soal per tingkatan aspek kognitif dan pokok bahasan (per sel), dan persentase atau jumlah soal pertingkatan kognitif, per pokok bahasan, dan seluruh butir soal.
Pengisian jumlah atau bobot tiap sel dengan mempertimbangkan tingkatan aspek kognitif yang diungkap dan keadaan pokok ba­hasan. Pertimbangan pertama berkaitan dengan aspek kejiwaan siswa tentang tingkat perkembangan kognitifnya, yaitu yang akan dipakai untuk menentukan bobot per tingkatan aspek kognitif. Pertimbangan kedua mencakup peranan dan cakupan bahan yang dipakai untuk menentukan bobot tiap pokok bahasan.
Tabel spesifikasi berguna untuk memberi rambu-rambu kepada penyusun alat tes agar tidak hanya memfokuskan diri pada satu atau beberapa pokok bahasan dan tingkatan-tingkatan aspek kognitif sederhana saja. Di samping itu, ia juga akan memberi petunjuk sel-sel mana saja yang telah dibuat alat tesnya dan mana yang belum atau masih kurang.


C. Alat Penilaian
Ada dua macama alat penilaian yaitu, teknik tes dan teknik nontes. Baik teknik tes maupun nontes keduanya dapat di­manfaatkan secara efektif jika dipergunakan secara tepat, dan itu tergantung dari tujuan penilaian.
Teknik nontes misalnya berupa kegiatan kuesener, wawancara, pengamatan, dan pengukuran kecenderungan tertentu dengan mempergunakan skala. Skala merupakan suatu kesatuan sebagai penanda unit-unit yang bersifat angka yang disusun secara berjen­jang, tiap jenjang melambangkan sikap dan keyakinan tertentu.
Teknik wawancara baik secara bebas maupun terpimpin, dalam kaitannya dengan penilaian kebahasaan, dapat dipergunakan juga untuk menilai keterampilan, kelancaran, dan kefasihan berbicara siswa dalam bahasa yang diajarkan.
Kegiatan pengamatan baik yang berstruktur maupun tak berstruk­tur dapat dimanfaatkan untuk menilai tingkah laku hasil belajar bahasa siswa yang terlihat dalam kegiatan sehari-hari. Tingkah laku dalam situasi seperti itu bersifat wajar, tidak dibuat-buat, dan lebih mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
Tes adalah seperangkat tugas atau pertanyaan yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemam­puan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok. Dan segi jawaban siswa, tes dapat dibedakan ke dalam tes perbuatan dan tes verbal.
Tes buatan guru disusun berdasarkan tujuan-tujuan khusus dan deskripsi bahan yang disusun guru untuk mengukur keberhasilan siswa mencapai tujuan, jadi yang terpenting dapat dipertanggung­jawabkan dari jenis kesahihan isi. Tes buatan guru biasanya ting­kat ketepercayaannya rendah atau tak diketahui.
Tes standar disusun berdasarkan tujuan-tujuan umum seperti yang terdapat dalam kurikulum. Oleh karena telah mengalami beberapa kali uji coba dan revisi, tes standar dapat dipertanggungjawabkan dari segi kelayakan, kesahihan, ketepercayaan, dan ketertafsiran. Tes standar berguna untuk melengkapi informasi tertentu tingkat hasil belajar siswa, membuat perbandingan prestasi siswa, dan berfungsi diagnostik.
Tes kemampuan awal dapat dibedakan menjadi pretes, yang dimak­sudkan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mengalami proses belajar, tes prasyarat, yang dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tertentu disyaratkan untuk masuk pendidikan ter­tentu, dan tes penempatan yang dimaksudkan untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemampuannya.
Tes diagnostik dimaksudkan untuk menemukan kelemahan-kele­mahan siswa dalam hal tertentu untuk kemudian diremidi. Tes for­matif dimaksudkan untuk mengukur kadar keberhasilan siswa mencapai tujuan yaitu berkaitan dengan pokok bahasan yang baru saja diselesaikan dalam proses belajar mengajar. Bagi guru tes formatif dapat untuk menilai efektivitas pengajaran, sedang bagi siswa dapat berfungsi sebagai penguat.
Tes sumatif dimaksudkan untuk mengukur kadar pencapaian siswa terhadap tujuan umum, yang meliputi seluruh bahan yang dipro­gramkan pada periode tertentu. Informasi tes sumatif dipergu­nakan untuk menentukan prestasi siswa, naik-tidak dan atau lulus ­tidak-nya seorang siswa, serta untuk membuat laporan kepada pi­hak tertentu.
Tes esai merupakan tes proses berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi, menuntut kemampuan siswa untuk mene­rapkan pengetahuan, menganalisis, menghubungkan konsep-kon­sep, menilai, dan memecahkan masalah.
Kelemahan pokok tes esai adalah rendahnya kadar kesahihan dan ketepercayaan akibat terbatasnya sampel bahan, jawaban siswa yaitu bervariasi, dan penilaian yang bersifat subjektif. Untuk me­ngurangi sifat subjektif dalam penilaian, perlu ditentukan kriteria penilaian yang menyangkut isi, organisasi, proses, kesimpulan dan alasan dengan bobot yang tidak harus sama.
Tes objektif menghendaki hanya satu jawaban yang benar, maka penilaiannya dapat secara objektif, cepat, dan dapat dipercaya. Karena jumlah soal relatif banyak, tes objektif dapat mencakup ba­han secara lebih menyeluruh.Tes objektif yang baik tidak mudah disusun, memerlukan waktu lama, dan ada kecenderungan guru hanya terpusat pada pokok ba­hasan dan tingkatan aspek kognitif tertentu. Dalam mengerjakan­nya, siswa dapat bersifat untung-untungan.
Tes objektif dapat berupa benar-salah, pilihan ganda, melengkapi, dan penjodohan. Tes benar-salah bisa dipakai karena hasil belajar yang berupa penguasaan pengetahuan verbal yang dinyatakan da­lam bentuk proposisi dapat dinyatakan secara benar atau salah. Tes pilihan ganda merupakan tes benar-salah dengan pernyataan salah lebih banyak. Tes isian adalah tes pilihan ganda tapi siswa mengisi sendiri pilihan yang benar, sedang penjodohan semua pernyataan yang benar ditunjukan sekaligus.
Tes objektif jenis benar-salah dan pilihan ganda dapat diskor de­ngan rumus tanpa tebakan dan tebakan (yaitu memberlakukan se­macam denda), sedang jenis isian dan penjodohan umumnya di­skor dengan tanpa tebakan.
Tes yang baik adalah yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kelayakan (appropriateness), kesahihan (validity), keteper­cayaan (reliability), efektivitas butir soal, dan kepraktisan (prac­ticality). Kelayakan tes berkaitan dengan masalah apakah suatu tes dapat mengukur keluaran hasil belajar yang konsisten dengan tujuan; apakah semua tujuan telah mempunyai alat ukur yang sesuai; apakah jumlah butir soal per tujuan telah mencerminkan kadar pentingnya tujuan; dan apakah semua butir soal telah mengacu ke tujuan tertentu?
Butir-butir tes harus mencerminkan bahwa pelajaran yang dia­jarkan. Semua bahan yang diajarkan perlu diambil tesnya, dan sebaliknya, tes harus hanya terbatas pada bahan yang diajarkan. Untuk memudahkan pengecekan hal itu, pembuatan soal hendak­nya mendasarkan diri pada tabel spesifikasi. Kelayakan tes dalam hal ini, merupakan salah satu jenis kesahihan, kesahihan isi.
Kesahihan tes, tes menunjuk pada pengertian apakah suatu tes dapat mengukur apa yang akan diukur. Tes yang sahih akan da­pat membedakan siswa yang memang berkemampuan yang lebih baik daripada yang sebaliknya. Kesahihan tes yang baik akan mengungkap semua tingkatan aspek kognitif, dan tidak hanya terbatas pada beberapa tingkatan kognitif yang sederhana saja.
Kesahihan tes dibedakan berdasarkan analisis rasional, kesahih­an isi dan konstruk atau konsep, dan berdasarkan data empirik, kesahihan serentak dan ramalan, serta kesahihan kriteria atau ukuran.
Kesahihan isi menunjuk pada pengertian apakah suatu tes mem­punyai kesejajaran dengan tujuan deskripsi bahan yang dia­jarkan. Tujuan dan bahan biasanya dikembalikan kepada kuriku­lum, maka kesahihan isi disebut juga sebagai kesahihan kuri­kuler. Di pihak lain, kesahihan konstruk menunjuk pada penger­tian apakah tes yang disusun telah sesuai dengan konstruk ilmu bidang studi yang diteskan.
Kesahihan ukuran mempermasalahkan seberapa jauh siswa yang sudah diajar dalam bidang tertentu mempunyai kemampuan yang tinggi daripada yang belum diajar. Jika subjeknya sama, membandingkan hasil belajar itu dapat mendasarkan diri pada hasil pretes dan postes.
Kesahihan sejalan menunjuk pada pengertian apakah tingkat ke­mampuan seseorang pada suatu bidang yang diteskan sesuai de­ngan skor bidang-bidang lain yang mempunyai persamaan ka­rakteristik. Di pihak lain, kesahihan ramalan mempermasalahkan apakah sebuah tes mempunyai kemampuan untuk meramalkan prestasi yang akan dicapai kemudian. Pengujian terhadap kedua jenis kesahihan ini dilakukan dengan teknik korelasi.
Pengujian kesahihan dalam berbagai jenis di atas merupakan pengujian kesahihan secara keseluruhan. Pengujian tingkat kesa­hihan dapat dilakukan secara per butir soal, yaitu dengan meng­korelasikan skor-skor tiap butir tes dengan skor keseluruhan. Tes yang kesahihannya tinggi, biasanya tinggi pula kesahihan butir­butirnya, walau mungkin terdapat beberapa butir tes yang kurang sahih.
Ketepercayaan tes menunjuk pada pengertian apakah suatu tes dapat mengukur secara konsisten sesuatu yang akan diukur dari waktu ke waktu. Konsisten berarti (i) tes dapat memberikan hasil yang relatif tetap terhadap sesuatu yang diukur, (ii) jawaban siswa terhadap butir-butir tes relatif tetap, (iii) hasil tes diperiksa siapa pun menghasilkan skor yang kurang lebih sama.
Hasil pengukuran tidak hanya mencerminkan berapa banyak siswa berhasil dalam belajar, melainkan juga bagaimana ke­akuratan tes itu sendiri. Keakuratan tes akan mempengaruhi skor yang diperoleh siswa, maka skor itu tidak akan secara sempurna mencerminkan kemampuan yang sebenarnya.
Prosedur pengujian ketepercayaan tes adalah dengan melakukan tes ulang uji, teknik belah dua, mempergunakan rumus Kuder­ Richardson 20 dan 21, koefisien alpha, dan reliabilitas bentuk paralel.
Teknik ulang uji dilakukan dengan memberikan tes dua kali de­ngan tes yang sama, dan hasilnya dikorelasikan. Tinggi ren­dahnya koefisien korelasi menunjukkan tinggi rendahnya tingkat ketepercayaan tes. Teknik ini mempunyai beberapa kelemahan, misalnya sulit menghilangkan pengaruh jawaban pertama.
Pengujian dengan teknik belah dua dilakukan dengan membagi tes ke dalam tes bernomor ganjil dan genap, yang kemudian keduanya dikorelasikan. Koefisien korelasi yang diperoleh baru menunjukkan reliabilitas separuh tes, maka kemudian diperguna­kan rumus Spearman-Brown untuk mencari reliabilitas keselu­ruhan tes.
Pengukuran dengan mempergunakan rumus K - R 20 dan 21 dapat mengatasi kelemahan yang ada pada teknik belah dua. Ru­mus K - R 20 akan memberikan indeks yang lebih besar daripada K - R 21, tetapi penghitungannya lebih rumit. Penyusunan rumus K - R 21 lebih disarankan karena dapat mengukur secara lebih cermat. Koefisien alpha dipakai untuk menguji reliabilitas tes (angket) yang jawabannya berskala.
Pengujian reliabilitas tes dengan teknik bentuk paralel dilakukan dengan menyediakan dua perangkat tes yang bersifat paralel atau ekuivalen. Setelah kedua perangkat tes itu dicobakan, hasilnya dikorelasikan. Untuk meningkatkan keterpercayaan butir tes, hendaknya dibuat butir-butir tes yang secukupnya. Butir tes yang semakin banyak akan semakin mempertinggi tingkat ketepercayaan tes, walau se­telah dalam jumlah tertentu peningkatan itu kecil.
Peningkatan ketepercayaan tes juga dilakukan dengan memilih butir-butir soal yang indeks tingkat kesulitan dan daya bedanya memenuhi persyaratan. Untuk keperluan ini, kita perlu melaku­kan analisis butir soal. Bahasa yang dipergunakan dalam tes harus jelas, mudah dipa­hami, tidak bersifat ambigu, dan tidak membingungkan, agar ti­dak menimbulkan kesalahpahaman.
Kondisi pelaksanaan tes harus dikontrol sebaik-baiknya agar hal itu tidak mempengaruhi penampilan siswa. Dalam memeriksa pekerjaan siswa, kita harus menghindari sifat subjektivitas diri, terutama dalam tes esai. Oleh karena itu, sebelum memeriksa pe­kerjaan siswa hendaknya membuat pedoman penilaian.
Analisis butir adalah analisis hubungan antara skor-skor butir soal dengan skor keseluruhan, membandingkan jawaban siswa terhadap suatu butir soal dengan jawaban terhadap keseluruhan tes. Tujuan analisis adalah membuat tiap butir tes konsisten de­ngan keseluruhan tes dan menilai efektivitas tes sebagai alat pengukuran.
Analisis butir dilakukan untuk mencari indeks tingkat kesulitan, daya beda, dan efektivitas distraktor. Butir soal yang baik adalah yang tidak terlalu sukar atau terlalu mudah yang indeksnya ber­kisar antara 0,15 sampai dengan 0,85, yang mampu membedakan antara siswa kelompok tinggi dan rendah yang indeks daya be­danya paling tidak sebesar 0,25 serta semua distraktor yang di­sediakan dipilih.
Penghitungan indeks tingkat kesulitan dan daya beda dapat di­lakukan dengan mempergunakan tabel analisis butir soal. Untuk maksud ini, kita harus mencapai proporsi jawaban betul kelom­pok tinggi dan kelompok rendah, baru kemudian mengkonsulta­sikannya kepada tabel. Butir soal yang indeks tingkat kesulitan dan daya bedanya tidak memenuhi persyaratan disarankan untuk direvisi.
Distraktor seharusnya dipilih oleh siswa kelompok rendah secara lebih banyak. Jika terjadi sebaliknya, kelompok tinggi yang lebih banyak memilih, atau ada distraktor yang tak dipilih, distraktor yang bersangkutan disarankan untuk direvisi. Tingkat ketepercayaan tes esai dihitung dengan rumus alpha, se­dang indeks tingkat kesulitan serta indeks daya bedanya dicari dengan mempergunakan rumus yang berbeda dengan tes objek­tif.
Sebuah tes yang baik di samping layak, sahih, dan tepercaya, juga harus memenuhi kriteria kepraktisan. Kriteria kepraktisan dapat dilihat dari segi keekonomisan, kemudahan pelaksanaan, penskoran, dan penafsiran.



BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Penilaian adalah proses memperoleh dan mempergunakan infomasi untuk membuat pertimbangan yang dipergunakan sebagai dasar pengambilan informasi. Dengan demikian, terdapat tiga komponen penting penilaian, yaitu informasi, pertimbangan, dan keputusan.
Tujuan dan fungsi penilaian antara lain adalah untuk mengeta­hui kadar pencapaian tujuan, memberikan sifat objektivitas penga­matan tingkah-laku hasil belajar siswa, mengetahui kemampuan siswa dalam hal-hal tertentu, menentukan layak tidaknya seorang siswa dinyatakan naik kelas atau lulus, dan untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.
Tujuan pembelajaran dan keluaran hasil belajar adalah dua hal yang erat berkaitan. Tujuan menyarankan bentuk-bentuk tertentu ke­luaran belajar, sebaliknya, tingkah laku keluaran belajar merupa­kan realisasi pencapaian tujuan.
Alat penilaian dapat dibedakan menjadi dua macam, teknik tes dan teknik nontes. Baik teknik tes maupun nontes keduanya dapat di­manfaatkan secara efektif jika dipergunakan secara tepat, dan itu tergantung dari tujuan penilaian.

B.   Saran-Saran
Setiap pengambilan keputusan seharusnya didasari oleh penilaian yang sistematis agar tidak membuahkan tindakan yang mengakibatkan kesalahan fatal dalam pendidikan.
Guru memahami betul tujuan dan karakteristik setiap materi pelajaran sebelum mengadakan evaluasi. Analisis hasil evaluasi sangat dibutuhkan untuk program tindak lanjut dari hasil penilaian yang dilakukan oleh guru.
Alat evaluasi seharusnya dipilih dengan teliti oleh guru agar tidak menimbulkan kesalahan dalam penetapan penilaian.  Guru sebagiknya memilih  teknik tes maupun nontes secara efektif untuk dipergunakan secara tepat, dan itu tergantung dari tujuan penilaian.



Daftar Pustaka

Depdikbud. 1983. Penilaian dalam Pendidikan. Jakarta: Dikti.
Ghofur, Abdul. 2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaian. Jakarta: Puskur.

Naga, Dali S. 1992. Pengantar Teori Skor pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta: Gunadarma.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung; Remaja Rosdakarya.


Surapranata, Sumarna. 2004. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004. Bandung; Remaja Rosdakarya.

Sunday, April 22, 2018

CARA MENGERJAKAN APLIKASI PMP DENGAN TEKNIK TUNNELING

Tahapan untuk bisa mengonlinekan aplikasi PMP, E-Rapor, dapodik, dkk agar bisa diakses secara online dari internet walaupun aplikasi tersebut diinstall di server lokal (laptop operator) adalah menggunakan teknik tunneling. Sebelum ke TKP (hehe), kayak penyidik aja, alangkah baiknya terlebih dahulu kita menentukan subdomain yang akan dipakai. Salah satu subdomain yang akan dipakai pada kesempatan kali ini adalah milik absis yaitu absis.id. Tampilan subdomain tadi kalau kita kombinasikan dengan domain nama sekolah kita lengkap dengan nama aplikasi pendataan, maka akan tampak seperti berikut


Lalu bagaimana langkah-langkah pembuatannya sahabat data? tenang! kita akan bahas sebagai berikut:
Pertama tentukan subdomain dulu untuk sekolah sahabat data, contoh SMP Negeri 4 Bangkala Barat, maka saya akan saya buat smpn4bangkalabarat, nanti akan dijadikan smpn4bangkalabarat.absis.id, yang nantinya akan bisa mengakses beberapa apps, misal pmp.smpn4bangkalabarat_jeneponto.absis.id 

Kedua Download dan Install Aplikasi ZeroTier di https://download.zerotier.com/dist/ZeroTier%20One.msi 



Lanjutkan Next Sampai Finish

Ketiga, Setelah proses instalasi Zero Tier One selesai, lanjutkan dengan membuka Aplikasi ZeroTier One


Keempat, klik kanan Icon Zero Tier di pojok kanan bawah tray windows, dan pilih Join 


  Kelima, masukkan Kode 12ac4a1e711fdab7 di dalam kotak lalu klik tombol Joi


Keenam, setelah itu klik kanan lagi pada Icon Zero Tier di bawah kanan, pilih Show Network


Ketujuh, catat/copy IP Address yang muncul, kebetulan ini adalah 10.243.35.124

Kedelapan, Setelah semua langkah di atas setelai dilakukan, tahap berikutnya adalah mendaftarkan Subdomain dan IP Address sahabat data di http://bit.ly/TunnelABSIS 




Kesembilan, setelah proses registrasi berhasil, lakukan login dengan menggunakan email dan password yang sahabat data pakai pada saat registrasi di atas 


Kesepuluh, setelah login akan tampil seperti di bawah ini



lalu klik menu " Tambah Sekolah", maka muncul isian seperti di bawah ini, silakan isi sesuai permintaan form lalu klik menu "submit" (Jangan lupa masukkan no Hp sahabat data apabila ingin mendapatkan notifikasi ketika jaringan siap digunakan)


Setelah disubmit akan muncul seperti di bawah ini, setelah itu klik menu edit


Maka akan muncul menu seperti di bawah ini

Lalu klik tambah layanan, maka akan muncul permintaan isian seperti di bawah ini


Silakan isi IP Address dengan IP address Zero Tier One sahabat data (lihat point ke 7) setelah itu pilih jenis layanan. Karena kita sedang membahas PMP, maka silakan pilih jenis layanan PMP (port 1745) maka secara otomatis kolom Port dan Subdomain akan terisi. lalu klik tombol "Submit"



Setelah disubmit, maka tampilanya seperti di bawah ini


Setelah semua proses di atas selesai, maka tinggal menunggu akun Anda aktif. Indikator bahwa akun Anda sudah bisa dipakai alias aktif adalah ketika subdomain (erapor.smpn4bangkalabarat_jeneponto.absis.id di atas tertulis "Online" berwarna hijau dan bisa diakses dari perangkat/laptop lain secara online.
Berdasarkan waktu normal durasi keaktifan akun 1x24 jam. Tapi berdasarkan pengalaman saya pribadi 30 menit setelah proses registrasi, sudah bisa aktif dan bisa dipakai/diakses dari perangkat dan laptop lain. 

Catatan
Jangan lupa masukkan no Hp Anda apabila ingin mendapatkan notifikasi ketika jaringan siap digunakan!

Selamat mencoba dan semoga tutorial yang sederhana ini bermanfaat!
Libatkan semua stakehorlder di sekolah sahabat data untuk berpartisipasi aktif dalam menciptakan data yang tepat dan akurat.

Salam satu data
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh!


Friday, April 20, 2018

Teaching Pronunciation


(Anwar)

BAB I
PENDAHULUAN

   Dalam sistem bunyi bahasa Indonesia terdapat banyak cara pengucapan pada masing-masing individu yang disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti daerah asal, pengaruh-pengaruh awal, dan lingkungan sosial. Oleh karena itu, banyak ahli bahasa Indonesia yang mengemukakan deskripsi rinci tentang satu bentuk pelafalan bahasa Indonesia, yang setidaknya dapat dengan mudah dipahami oleh lingkungan pengguna bahasa Indonesia, walaupun tidak standar. Bentuk pelafalan tersebut diistilahkan sebagai “Received Pronunciation”, yang berarti ‘pelafalan yang dapat dipahami secara luas’.
Pada kenyataan yang sebenarnya, terdapat sejumlah alternatif pelafalan untuk ribuan kata dalam bahasa Indonesia, yang seluruhnya bisa disebut benar. Bagi yang bukan penutur bahasa Indonesia, cara pelafalan yang paling cocok untuk dipelajari dikenal sebagai “Slower Colloquial”, cara pelafalan di antara bentuk formal dengan pelafalan yang digunakan dalam perbincangan antar orang yang telah akrab. Cara tersebut merupakan cara yang dapat digunakan sepanjang waktu .
Pelafalan bahasa Indonesia melibatkan produksi masing-masing bunyi dan pengucapan kata, frasa, dan kalimat dengan ejaan, penekanan dan / atau intonasi yang benar. Selain itu, terdapat cara bagaimana membaca kata dengan benar yang disebut ‘phonetic transcription’ (transkrip fonetik), yang didefinisikan sebagai sejenis penulisan alfabetik di mana tiap-tiap huruf mewakili satu bunyi. Tujuan transkrip fonetik adalah untuk memberikan informasi yang jelas dan tidak ambigu kepada pembelajar bahasa, misalnya bunyi yang mana yang harus digunakan pada suatu kata atau frasa, dan dalam rangka apa mempergunakan bunyi tersebut. Nilai suatu huruf sangat beragam dan tergantung pada (i) konteks fonetik, dan (ii) bahasa atau dialek yang sedang ditulis

BAB II
PEMBAHASAN


I.       Unit Satu: Apa yang ter libat dalam pengajaran pengucapan?

(Sebagian besar konten unit ini adalah khusus untuk bahasa Inggris, guru bahasa lain dapat menemukan panduan umum lain berguna, tetapi harus mengacu pada buku-buku tentang bahasa target mereka untuk informasi khusus tentang ucapan mereka.)
Konsep `pengucapan bisa dikatakan untuk termasuk:
-          bunyi bahasa, atau fonologi
-          stres dan irama
-          intonasi.
Yang pertama ini mungkin yang paling nyata dan jelas dari tiga. Namun, ini tidak berarti bahwa aspek-aspek lain boleh diabaikan: pelajar mungkin mengatakan bunyi dgn sempurna dan masih terdengar asing karena stres dan intonasi yang tak berterima, dalam nada Oriental ` intonasi'bahasa sering membuat perbedaan makna.
a.      Bunyi
Hal ini berguna untuk dapat membuat daftar dan menentukan bunyi, atau phonemes, suatu bahasa dengan menulisnya menggunakan representasi fonetik `.buku buku berbeda untuk mencari yang tepat, dan berapa banyak, simbol yang digunakan; untuk guru-guru (dari Inggris), alfabetfonemisbahasa Inggris, disederhanakan yang ditampilkan dalam Kotak 4.1 dapat membantu. Menurut ini, bunyi, misalnya, kalimat `Petrus, datang ke sini!" akan diwakili oleh / pica kamHia /.
Ambil kamus yang berisi transkripsi fonetik, dan cek melalui abjad fonetik, beberapa simbol yang mungkin berbeda dari yang diusulkan dalam Kotak 4.1. Lihatlah beberapa kata dan representasi yang berhubungan fonetik: pastikan Anda dapat mengikuti dan memahami transkripsi. Sekarang memilih kata-kata sepuluh keluar secara acak dari sebuah buku, dan coba salin mereka ke dalam script fonetik. Jika Anda telah menggunakan kamus alfabet fonetik Anda. cari kata dalam kamus untuk memeriksa. Jika Anda telah menggunakan alfabet disarankan di atas, kemudian bandingkan versi Anda dengan seorang rekan kerja.
1 Istilah `fonetik 'digunakan untuk merujuk kepada transkripsi bunyi dari semua bahasa manusia yang membuat perbedaan antara bunyi yang mungkin tidak dibedakan dalam diberikan sistem bahasa tertentu. `Ponemik 'digunakan untuk merujuk kepada transkripsi sound system tertentu.



Perhatikan bahwa ini cukup sulit dilakukan pertama kali - itu membutuhkan banyak praktek yang baik dan belajar untuk dapat menuliskan cepat dan akurat.
b.      Irama Dan Penekanan
Irama tuturan dalam bahasa Inggris ditandai oleh unitnada: sebuah kata atau kelompok kata: yang membawa satu pusatpenekanansuku kata (suku kata lain, jika ada, ringan). Kalimat: `Petrus, silahkandatang ke sini, ', misalnya, akan dibagi menjadi dua unit nada-:` Petrus' dan `silahkandatang ke sini, ', dengan dua tekananutama pada suku kata pertama' Petrus ', dan kata 'di sini'.
      Stres juga dapat ditunjukkan secara tertulis: mungkin cara paling sederhana untuk melakukannya adalah untuk menulis menekankan suku kata dalam huruf besar: '! Petrus, silakandatang DISINI, ' misalnya,. (Konvensi lain, yang biasanya digunakan dalam transkripsi fonemis, yaitu memberikan garis vertikal pendek di atas dan sebelum suku kata yang ditekankan: pi;ta kam hia.)
      Dalam pasangan: satu peserta menentukan kalimat yang pendek, kedua peserta menuliskannya, kapitalisasi penekanan suku kata. Kemudian lagi, dengan mendikte peserta lainnya. "Dan lagi, dua atau tiga kali. Bandingkan hasilAnda.
c.       Intonasi
Intonasi, naik dan jatuh dalam nada yang membuat irama dari suatu ucapan, merupakan aspek penting dari pengucapan bahasa Inggris, sering membuat perbedaan makna atau implikasi. Stres/penekanan, misalnya, paling sering ditunjukkan bukan dengan volume meningkat tetapi dengan naiknya intonasi (Brasil, Coulthard dan Johns, 1980). Seorang pembicara asli biasanya memiliki sedikit kesulitan dalam pendengaran perubahan intonasi dalam bahasa nya sendiri, orang lain, bagaimanapun, tidak mungkin menemukannya dengan begitu mudah.
Berbagai jenis intonasi yang paling sederhana ditunjukkan dengan simbol
atas suku kata yang relevan atau kata untuk menunjukkan intonasijatuh dan naik, dan simbol-simbol v ^ untuk menunjukkan jatuh-naik dan naik-turun. Sebuah stres yang tepat dan representasi intonasi untuk ekspresi yang agak bossy contoh kalimat kami sebelumnya mungkin: Peter, datang DISINI, silakan. Irama bahasa Inggris, kemudian, terutama fungsi pada pola stres tersebut; ini juga dapat mempengaruhi aspek seperti kecepatan pengiriman, volume dan penggunaan jeda.
1.      Mengecek pemahaman
Dengarkan rekaman singkat - berlangsung tidak lebih dari satu menit atau lebih - dari seorang pembicara dari bahasa Anda ajar (dari Kaset mendengar kanpemahaman, misalnya).  Tuliskan kalimat dari rekaman, menggunakan ejaan konvensional, dan masukkan ke dalam indikasi intonasinaik dan turun dan stres. Jika Anda bekerja dalam kelompok, bandingkan hasil dengan satu sama lain.
2.      Arus Ujaran
Penting juga untuk menyadari cara bunyi, tekanan dan intonasi yang berbeda dapat mempengaruhi satu sama lain dalam aliran ujaran. Sebagai contoh:
-          Cara bunyi tersebut diartikulasikan dipengaruhi oleh bunyi apa yang sebelahnya: akhiran ed lampau dalam bahasa Inggris, misalnya, dapat diucapkan / d /, / t / atau / td / tergantung pada bunyi apasebelumnya.
-          Intonasi mempengaruhi bagaimana kita mendengar penekanan. Bahkan, stres tidak, seperti yang disebutkan di atas, biasanya dinyatakan dengan mengucapkan suku kata lebih keras: ini lebih sering merupakan masalah menaikkan atau menurunkan tingkat nada, dengan sedikit memperlambat.
-          Perubahan pada pola stres dari sebuah kata akan berubah suara nya juga: katasubjek, misalnya, memiliki tekanan pada suku kata pertama ketika itu adalah kata benda, di kedua bila kata kerja: dan ini membuat terlihat perbedaan dengan bunyi vokal: / 'snbd3tkt /, dibandingkan dengan / sab'd3ekt
Dengan demikian, hal ini berguna untuk menyadari cara bunyi, tekanan dan intonasi berinteraksi dalam seluruh ucapan-ucapan untuk menghasilkan pengucapan yang mudah dipahami. Setelah mengatakan ini, bagaimanapun, memang benar bahwa banyak, mungkin sebagian besar, kata-kata memiliki bunyi`stabil ', stres dan pola intonasi yang dapat diajarkan terpisah.
3.      Pertanyaan
Dapatkah anda memikirkan contoh-contoh dalam bahasa lain yang Anda kenal bunyinya yang mempengaruhi satu sama lain dalam aliran berbicara, atau stres dan intonasi benar-benar mengubah cara bunyi diartikulasikan?
II.  Unit Dua: Mendengarkan aksen?

Tujuan dari latihan ini adalah untuk mengetahui masalah pengucapan khusus dari peserta didik dengan benar-benar mendengarkan contoh dan harus menganalisis dan mendefinisikannya, dan berpikir tentang bagaimana masalah ini bisa dijelaskan kepada peserta didik dan dikoreksi.
a.       Penyelidikan
Mengidentifikasi unsur-unsur pengucapan asing

Tahap 1: Menyiapkan bahan
Menggunakan kaset audio, rpersiapkanekaman, durasi dua sampai tiga menit, aksen asing, ini bisa dilakukan secara individu atau berpasangan atau kelompok. Rekaman harus terdiri dari wawancara pendek dengan speaker yang tidak terlalu mahir dalam bahasa target. Di negara dimana bahasa target tidak jadi bahasa lokal, boleh menggunakan narasumber asli negara ini, tapi aksen lainnya dapat digunakan sebagai tambahan.
Hal ini, tentu saja, jauh lebih mudah hanya untuk meminta orang untuk membaca dengan keras untuk membuat rekaman, tetapi menolak godaan! Ada berbagai alasan untuk hal ini:
membaca dengan suara keras seseorang memiliki waktu untuk berpikir secara sadar tentang bagaimana mereka berbicara, dan kami sedang mencari `pengucapan intuitif '; membaca wacana mungkin termasuk kata-kata yang diwawancarai tidak tahu, dan persepsi ejaan mempengaruhi pengucapan. Improvisasi ujaran menghasilkan sampel yang jauh lebih baik, yang kemudian mungkin, kebetulan, digunakan untuk memeriksa kesalahan leksikal dan gramatikal. Jika Anda menemukan kesulitan untuk memikirkan pertanyaan untuk wawancara, intenlievJee bisa diminta untuk menjelaskan gambar, atau menceritakan kembali cerita yang terkenal.
Jika Anda belum pernah membuat rekaman seperti itu, buat rekaman singkat beberapa detik dan putar kembali untuk memeriksa bahwa Anda memiliki jarak, volume, mikrofon dan sebagainya diatur dengan benar. Mulailah wawancara yang sebenarnya hanya jika Anda yakin Anda memperoleh rekaman yang jelas.

Tahap 2: Analisis
Dengarkan rekaman dan mencoba menganalisis apa yang tentang aksen yang membuat mereka 'asing'. Hal ini cukup sulit, Anda akan merasa bahwa Anda perlu mendengarkan rekaman lebih dari sekali. Hal ini lebih mudah jika Anda mencatat kata dan frase yang umumnya asing saat mendengarkan pertama kali, dan kemudian selama listenings kemudian mencoba untuk mendefinisikan apa tepatnya yang salah dengan mereka. Jika Anda tahu alfabet fonetik dan simbol intonasi dan stres, ini dapat membantu, namun gambaran kasar dari apa yang salah dalam tatanan bahasa bisa sangat memadai. Anda mungkin merasa perlu untuk menggunakan lembar kerja yang ditunjukkan pada Kotak 4.2.

Tahap 3: Pooling dan membandingkan
Jika beberapa rekaman tersebut telah dibuat oleh sekelompok guru belajar bersama-sama, maka tahap selanjutnya adalah berbagi hasil. Dalam kelompok kecil, setiap rekaman didengarkan, dan peserta mencoba untuk mengidentifikasi kesalahan dan bagaimana dan mengapa mereka ini terjadi.

Kotak 4.2. lembar kerja; merekan lafal yang asing
Bahasa asli penutur.....................
Kata /phrase yang salah ucap
Gambarkan kesalahan


           
Tahap 4: Menarik kesimpulan
Diskusikan temuan Anda, dan tarik kesimpulan. Pertanyaan yang berguna untuk diselidiki di sini adalah berikut ini (beberapa kemungkinan jawaban tentang bahasa Inggris muncul dalam Catatan).
1.      (Jika hanya satu jenis aksen dicatat) Apa yang tampaknya merupakan kesalahan paling umum?
2.       (Jika ada aksen yang berbeda) Apakah ada yang lafal terdengar asing
yang umum bagi sebagian besar atau semua speaker, dan dapatkah
Anda membuat beberapa generalisasi tentang jenis-jenis kesalahan itu?
3.       Kesalahan yang manakah menurut Anda yang paling penting untuk diperbaiki?
4.      Apakah ada yang Anda tidak perlu perbaiki? Mengapa tidak?
5.      Sehubungan dengan kesalahan yang Anda ingin perbaiki: bagaimana anda menjelaskan ini pada pelajar?
6.       Apa ide-ide lebih lanjut yang Anda miliki untuk membuat peserta didik meningkatkan pengucapan mereka pada item yang telah temukan? (Beberapa saran dapat ditemukan dalam Kotak 4.3 di bawah ini.)

III. Unit Tiga: Meningkatkan pelafalan pebelajar
Tujuan
Perlu dikatakan di awal bahwa tujuan peningkatan pengucapan bukan untuk mencapai aksen asli yang sempurna, tetapi hanya untuk membuat pelajar untuk mengucapkan dengan akurat dan cukup mudah dan nyaman dipahami orang lain (kompeten). aksen 'Sempurna itu sulit jika tidak mustahil bagi sebagian besar dari kita capai dalam bahasa asing, dan bahkan mungkin tidak diinginkan. Banyak orang - bahkan secara tidak sadar - merasa bahwa mereka ingin mempertahankan aksen bahasa ibu sedikit sebagai penegasan identitas pribadi atau etnis. Perasaan ini harus, pasti, dihormati.

Penyelidikan/inquiry
Tanyakan pada sekelompok peserta didik apakah mereka ingin mencapai ` 'aksen asli sempurna atau tidak. jika mereka mengatakan tidak, cari-tahu apakah ini hanya karena mereka pikir itu tidak mungkin, atau karena mereka benar-benar tidak melihat hal itu sebagai tujuan yang diinginkan.
Mengapa pelajar membuat kesalahan pengucapan? 'kesalahan pengucapan Pebelajar berasal dari berbagai sumber.
1.      suara tertentu mungkin tidak ada dalam bahasa ibu, sehingga pelajar tidak terbiasa menggunakan dan cenderung  mengganti dengan bunyi yang setara terdekat yang dia ketahui (penggantian / d / atau /z/ untuk Inggris th / d / adalah contoh yang khas).
2.      Sebuah bunyi memang ada dalam bahasa ibu, namun bukan sebagai fonem yang terpisah: bisa dikatakan, pelajar tidak merasa sebagai bunyi yang berbeda yang membuat perbedaan  makna. Dalam bahasa Ibrani, misalnya, baik bunyi   /i / dan / i: / (kapal / domba) terjadi, tetapi yang digunakan hanya bergantung pada kata atau frase, bukan apa arti katanya , dan jika ada yang diganti untuk yang lain, tidak ada perbedaan dalam arti. Ini `yang disebut variasi allophonic, dari fonem, atau` allophones.. Hasilnya adalah bahwa pembelajar berbahasa Ibrani tidak secara alami menyadari perbedaan dalam bahasa Inggris, dan mungkin bahkan tidak mendengarnya.

(Pada keseluruhan, masalah kedua dari keduanya adalah lebih sulit. Sebuah bunyi yang sama sekali baru sering mudah dianggap sebagai asing. dan sekali Anda dapat mendengar bunyi itu Anda baik di jalan anda bisa mengucapkannya... Tetapi jika Anda tidak dapat mendengar itu maka anda tidak bisa bahkan untuk mencoba mengucapkannya, dan masalah persepsi perlu diatasi sebelum kemajuan dapat dibuat.)

Pertanyaan

Pertimbangkan beberapa pelajar bahasa asing dengan siapa Anda kenal - sebaiknya siswa Anda sendiri - yang bahasa ibunya Anda juga tahu. Dapatkah Anda mengidentifikasi contoh kesalahan dalam pembentukan bunyi dan mengapa mereka melakukannya (misalnya, bunyi itu  tidak ada dalam bahasa mereka sendiri, atau ada hanya sebagai sebuah alofon)?
3.      Peserta didik memiliki bunyi yang sebenarnya benar, tetapi belum belajar stress bahasa ibu mereka yang tidak sesuai dengan bahasa target. Hasilnya adalah aksen asing yang terdengar, dan mungkin kesalahpahaman.

Pertanyaan

Dengarkan beberapa pelajar yang belum begitu maju bahasa asingnya -? Atau jika Anda melakukan unit sebelumnya, dengarkan lagi rekamannya. Dapatkah Anda mengidentifikasi tiga atau empat contoh dari stres yang tidak tepat atau intonasi?
Membuat pelajar memahami/mengerti

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah untuk memeriksa bahwa pembelajar dapat mendengar dan mengenali suara Anda ingin ajarkan. Hal yang sama berlaku untuk intonasi, irama dan stres: bisakah pelajar mendengar perbedaan antara bagaimana seorang pembicara kompeten, atau penutur asli, mengatakan sebuah kata, frase atau kalimat dan bagaimana pelajar asing mengatakan itu? Hal ini dapat dilakukan dengan meminta imitasi; atau melihat apakah peserta didik dapat membedakan antara pasangan minimal (seperti kapal / domba, pria / laki-laki, tebal / tick, lihat Gimson, 1978), atau dengan membandingkan ucapan yang berterima dengan yang tidak berterima melalui rekaman atau demonstrasi langsung.

      Perhatikan bahwa Anda dapat memeriksa persepsi bunyi dengan menggunakan satu kata atau bahkan suku kata, tetapi bekerja pada stres dan intonasi yang hampir selalu perlu didasarkan pada unit yang lebih panjang.

Pertanyaan
Pilih kesalahan yang tampaknya bagi Anda umum dan sulit dihindari. Bagaimana Anda menguji peserta didik untuk mencari tahu apakah mereka benar-benar merasakan perbedaan antara versi mereka dan yang benar?
           
Mengatakan pada pelajar apa yang harus dilakukan
Tahap berikutnya untuk beberapa pelajar mungkin semacam nasihat eksplisit: ini adalah apa yang seharusnya, ini adalah apa yang Anda lakukan salah. Untuk pembentukan bunyi, sebenarnya menggunakan sketsa dari mulut dapat membantu (lihat Kotak 4.3), dan untuk menggambarkan pengucapan bunyi dalam hal bibir, lidah, gigi, dll.  Tapi untuk aspek-aspek lain dari pengucapan penjelasan singkat cukup,  diikuti dengan demonstrasi dan permintaan untuk meniru dan praktek.
KOTAK 4.3: bagian bagian MULUT
Pertanyaan  
Sekali lagi, pilih kesalahan khas pembelajar yang Anda sudah kenal. Bagaimana Anda menjelaskan kepada peserta didik bahwa apa yang dia lakukan salah dan cara membuatnya benar?

KOTAK 4.4: IDE UNTUK MENINGKATKAN PENGUCAPAN PEBELAJAR '
Tiruan dari guru atau rekaman model bunyi, kata dan kalimat  merekam ujaran pelajar, kontras dengan model asli  penjelasan dan instruksi yang sistematis termasuk rincian dari struktur dan pergerakan bagian mulut)  
latihan tiruan: pengulangan bunyi, kata dan kalimat
pengulangan dari latihan paduan suara pengulangan latihan bervariasi (variasi kecepatan, volume, suasana hati) belajar dan melakukan dialog (seperti dengan latihan, menggunakan kerja paduan suara, dan beragam kecepatan, volume, suasana hati) menghafal  kalimat, sajak, jingle  jazz chant  (lihat Graham, 197 3)
latihan lidah
koreksi diri melalui mendengarkan rekaman pidato sendiri O Cambridge University Press 7995
Mempraktekkan pengucapan yang benar
Akhirnya - ketika kita puas bahwa titik pengucapan telah memuaskan dirasakan dan pelajar dapat, jika mereka peduli, menghasilkan versi berterima - kita sampai ke tahap praktek: mengkonsolidasikan dan menetapkan kebiasaan pengucapan berterima melalui latihan yang menyediakan pengulangan dan penguatan.
Tugas Follow Up
Desain beberapa kegiatan Anda sendiri dalam bahasa target Anda bahwa Anda merasa mungkin memberi solusi yang bermanfaat, mungkin menggunakan beberapa ide yang ditunjukkan pada Kotak 4.4 sebagai dasar. Jika Anda menemukan kesulitan untuk memikirkan ide-ide sendiri, Anda mungkin menemukan beberapa saran praktis dalam buku-buku yang tercantum di bawah Bacaan lebih lanjut. Kumpul ide dengan rekan kerja; bersama-sama Anda harus dapat mengumpulkan sebuah 'baterai' manfaat kegiatan. Jika Anda punya waktu, cobalah beberapa dari mereka dengan siswa.

IV. Unit Empat: topik untuk pembahasan lebih lanjut
Unit ini melihat beberapa masalah kontroversial berhubungan dengan pengajaran pengucapan dan mengundang Anda dalam tugas-tugas untuk memeriksa dan menyatakan posisi Anda sendiri pada mereka. pendapat saya sendiri mengikuti tugas.
Tugas
Kelompok diskusi
Lihatlah pertanyaan yang disarankan dalam Kotak 4.5, dan mendiskusikannya dengan rekan-rekan. Tujuannya harus sampai pada kesepakatan umum tentang jawaban yang dapat diterima, meskipun ini tidak selalu memungkinkan. Dalam setiap kasus, adalah penting untuk menjelaskan dengan tepat apa masalahnya, dan, jika ada perselisihan, untuk memahami argumen dari semua pihak.

KOTAK 4.5: PERTANYAAN UNTUK DISKUSI TENTANG PENGAJARAN
PENGUCAPAN
  1. Apakah pengucapan perlu sengaja diajarkan? Tidakkah itu hanya akan diikutkan? Jika tidak perlu sengaja diajarkan, maka hal ini harus dalam bentuk latihan pengucapan tertentu, atau secar rileks, dalam rangka kegiatan oral lainnya?
  2. Apa aksen bahasa target harus menjadi sebuah model? (Untuk bahasa Inggris, misalnya, sebaiknya Anda menggunakan British? American?? Lainnya? Aksen lokal?) Apakah diperbolehkan untuk menyajikan aksen campuran (misalnya seorang guru yang memiliki yaitu 'mid-Atlantik' aksen;  campuran Inggris dan Amerika)?
  3.  Dapatkah Jika guru non-pribumi berfungsi sebagai model untuk pengucapan bahasa target?
  4.  perbedaan Apa yang muncul dalam belajar pengucapan terkait usia pelajar?
  5. Seberapa penting itu untuk mengajar intonasi, irama dan stres?
Sebelum mulai bekerja pada pertanyaan, tentukan:
-          Apakah ada yang Anda ingin hilangkan?
-          Apakah ada yang lain yang ingin Anda tambahkan? - Apakah Anda ingin mengganti urutannya?
Tentukan dan mungkin catat jawaban Anda sebelum melihat jawaban saya sendiri seperti yang diungkapkan di bawah ini.
Beberapa kemungkinan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pada Kotak 4.5
  1. Pengalaman banyak pembelajar adalah pengucapan bisa, dan sering, cukup diperoleh oleh imitasi intuitif. Banyak guru tidak pernah mengajar pronunciation, dan ujaran siswa mereka 'itu tampaknya tetap cukup memuaskan. Namun, ada bukti juga bahwa koreksi sengaja dan pelatihan meningkatkan pengucapan dan jika hal ini sehingga betul, keliru untuk mengabaikannya. Mungkin pengajaran pengucapan terencana kurang penting daripada, katakanlah, pengajaran tata bahasa atau kosakata, tetapi ini tidak berarti tidak harus dilakukan sama sekali. Saya akan merekomendasikan sesi pendek sesekali mengarahkan perhatian peserta didik dan memberikan praktek dalamaspek pengucapan yang jelas bermasalah bagi mereka, serta koreksi ringan dalam rangka kegiatan lain.
  2. Secara umum, itu tidak masalah, asalkan model yang dipilih adalah aksen standar yang mudah dipahami oleh penutur bahasa lainnya. Di bagian dunia dimana peserta didik lebih cenderung harus berurusan dengan satu aksen tertentu masuk akal untuk menggunakannya, sehingga untuk pengajaran bahasa Inggris di Eropa dengan aksen Inggris mungkin lebih disukai, di Jepang Amerika. Namun bahkan pembedaan ini menjadi kurang penting seiring waktu. Dalam hal apapun, bahkan dengan asumsi bahwa Anda mengajar satu `variasi standar sebagai model, adalah ide yang baik untuk memberikan pelajar beberapa paparan kepada orang lain, melalui penggunaan rekaman atau penutur langsung , dalam rangka meningkatkan kesadaran aksen lainnya - dan,-kursus, untuk mendengarkan latihan.
  3. Pertanyaan ini bisa dikatakan akademis: dalam banyak situasi guru non-pribumi harus jadi model apakah dia suka atau tidak! Namun, saya akan mengatakan bahwa dalam hal apapun seperti seorang guru adalah model sangat cukup, asalkan dia, tentu saja, seorang pembicara kompeten bahasa -, satu harapan seorang guru pula! Sebuah bahasa target diucapkan dengan aksen asing sedikit dapat berfungsi sebagai model dari mana peserta didik dapat memperoleh lafal yang benar benar bisa diterima. Dalam kasus apapun, diharapkan bagi peserta didik untuk mengenal sejumlah aksen berterima asli dan lainnya melalui penggunaan rekaman, dan ini benar apapun bahasa ibu dari gurunya.
  4. Anak-anak tampaknya mengambil aksen sangat cepat, dan kemampuan untuk melakukannya tampaknya berkurang sejalan dengan umur, meskipun ini mungkin karena alasan psikologis (kebutuhan untuk mempertahankan identitas seseorang seperti yang diungkapkan dalam salah satu cara berbicara) daripada capabilitas fisik atau fisiologis} •. Namun, kemampuan ini kurang dikompensasikan sampai batas tertentu oleh kemampuan orang dewasa meningkat untuk memahami penjelasan yang sulit, disiplin diri dan instruksi . Satu kesimpulan mungkin bahwa pelatihan pengucapan secara sadar mungkin akan lebih membantu kelas dengan peserta didik yang lebih tua.
  5. Intonasi ` dalam nada bahasa Oriental 'harus diajarkan karena langsung mempengaruhi arti dari kata-kata. Dalam bahasa lain dapat mempengaruhi implikasi yang disampaikan dalam pidato, tapi sangat sulit untuk mengajarkannya karena berbagai variasi dan kehalusan pola. mungkin. Guru dapat, saya pikir, lakukan sedikit lebih dalam praktek dari perhatian peserta didik terhadap keberadaan pola-pola ini, mengajarkan yang umum sangat sedikit, dan kemudian mengandalkan eksposur dan pengalaman untuk menyediakan dasar untuk belajar lebih lanjut (tapi lihat Brazil, Coulthard dan Johns, 1980). Kita bisa, sampai batas tertentu, mengajarkan pola stres dan irama ketika mengajar kosakata dan tata bahasa; diluar ini, apa yang telah dikatakan di atas tentang intonasi berlaku di sini juga.

V. Unit Lima: Pengucapan dan ejaan
Dalam kenabyakan bahasa ada korespondensi cukup jelas antara suara dan simbol: huruf tertentu atau kombinasi huruf yang diucapkan dengan cara tertentu, dan jika ada variasi, ini diatur oleh peraturan yang konsisten: ketika, misalnya huruf c dalam bahasa Inggris yang diucapkan / k / atau / s /; ketika huruf lam definite article dalam bahasa Arab tidak diucapkan. Ada, tentu saja, bahasa di mana terdapat banyak pengecualian aturan seperti itu, banyak kata yang pengucapan tidak bisa diprediksi secara logis dari ejaan mereka, dan sebaliknya, Inggris sebagai contoh.
Alfabet '
Korespondensi simbol bunyi dasar yang dipelajari pada tahap belajar alfabet.
Jika alfabet adalah salah satu yang benar-benar baru, maka ada banyak yang dipelajari, tetapi
Saya menggunakan alfabet istilah di sini agak longgar untuk memasukkan simbol-simbol tertulis bahasa seperti bahasa China, yang tidak membahas berbicara secara tegas, tetapi ideogram.
jelas bahwa setiap simbol baru perlu diajarkan dengan pengucapannya. Namun, jika pelajar sebenarnya menggunakan alfabet yang kurang lebih sama tetapi huruf  mewakili bunyi yang sedikit atau sangat berbeda (seperti dalam kasus pembelajar bahasa Inggris berbahasa Spanyol, misalnya) Anda mungkin memiliki masalah lebih halus.
(Kedua pertanyaan di bawah ini berlaku hanya jika semua siswa Anda memiliki bahasa ibu yang sama.) Baik:
  1. Jika bahasa target Anda menggunakan alfabet yang sama sebagai bahasa ibu siswa Anda, yang huruf  yang akan diucapkan sangat berbeda dari versi asli mereka? Yang akan diucapkan hanya sedikit berbeda? Apakah ada yang persis sama? Atau:
  2. Jika bahasa target Anda menggunakan alfabet yang berbeda, dapat Anda membaginya menjadi huruf  yang memiliki simbol dekat paralel dalam bahasa ibu pembelajar '(misalnya, delta Yunani dan bahasa Inggris d) dan mereka yang tidak?
Aturan korespondensi pengucapan-ejaan
Setelah peserta didik telah menguasai korespondensi simbol bunyi dasar mereka mungkin dalam beberapa bahasa akan segera mampu membaca sandi, kemudian ucapkan dengan benar anti teks tertulis - atau, sebaliknya, menuliskan lisan saja. Di sisi lain, mungkin tidak begitu sederhana. Mereka mungkin membutuhkan seluruh rangkaian aturan simbol bunyi tambahan: misalnya, tion pada akhir sebuah kata dalam bahasa Inggris biasanya diucapkan / sen /, atau bahwa huruf s di Jerman diucapkan / f / ketika terjadi sebelum / t / atau / p /. sebagian yang lebih umum dan mendesak untuk kesuksesan membaca dan menulis - Anda akan perlu untuk mengajar secara sadar dan lebih awal, yang lain peserta didik dapat mengambil `dengan cara lain, 'nanti.
Kata atau set kata dengan pengucapan atau ejaan yang tidak biasa Anda mungkin perlu mengajar dan berlatih sendiri - beberapa ide mengikuti pada akhir unit.
Pertanyaan
~ Dapatkah Anda menyarankan empat atau lima aturan tentang kombinasi huruf dan ucapan mereka dalam bahasa yang Anda ajarkan bahwa Anda pikir akan penting bagi peserta didik untuk menguasai pada tahap awal belajar untuk berbicara dan membaca?
Kegiatan Pengucapan dan Ejaan
Beberapa ide bahwa praktek korespondensi pengucapan-ejaan dapat ditemukan dalam buku pengucapan, seperti yang tercantum dalam membaca lebih lanjut; buku tentang ejaan biasanya hanya memberikan aturan, daftar kata dan kemudian menyarankan berlatih melalui tes dikte dan ejaan. Dikte tentu saja satu teknik yang sangat bagus (lihat Davis dan Rinvolucri, 1988, untuk beberapa variasi imajinatif), dan tes ejaan dapat membantu, tetapi ada kemungkinan lebih banyak. Sejumlah ide tercantum dalam Kotak 4.6; dicatat bahwa beberapa mungkin tidak sesuai jika siswa Anda tidak memiliki bahasa ibu yang umum.
Kegiatan Perencanaan dan penggunaan
Pilih tiga kegiatan untuk mengajar, meningkatkan kesadaran or berlatih korespondensi pengucapan-ejaan dalam bahasa target: "ini bisa dari Box 4,6, atau dari sumber lain, atau ide asli Anda sendiri. Rencanakan aktual teks (kata-kata, kalimat, bagian-bagian) yang mungkin Anda gunakan dalam kegiatan ini. Jika memungkinkan, coba gunakan mereka dengan pelajar dalam pelajaran satu-per-satu.
KOTAK 4.6: KORESPONDENSI Pengucapan-ejaan:
BEBERAPA IDEA PENGAJARAN
Dikte: dari daftar kata-kata acak dari kata yang memiliki masalah ejaan yang sama, dari kalimat lengkap, setengah-kalimat untuk  diselesaikan.
Membaca dengan suara keras: suku kata, kata-kata, frase, kalimat.
Diskriminasi (1): menyiapkan set 'pasangan minimal' - pasang kata yang berbeda satu sama lain dalam satu kombinasi bunyi-huruf (seperti dip-deep di dalam bahasa Inggris). minta peserta didik untuk membacanya dengan keras, memperhatiakn perbedaan, atau membacanya dengan suara keras diri sendiri, dan meminta siswa untuk menuliskannya. Diskriminasi (2): sediakan daftar kata yang sama ejaannya dalam bahasa ibu pembelajar 'dan dalam bahasa target: siswa membaca dengan keras, atau tanya mereka, dan mendiskusikan perbedaan dalam pengucapan (dan makna!).
Prediksi (1): sediakan satu set kombinasi huruf, yang merupakan bagian dari kata yang pembelajar tahu. Bagaimana peserta didik akan mengucapkannya? Kemudian mengungkapkan kata lengkap.  - Prediksi (2): dikte satu set kata-kata dalam bahasa target yang pelajar belum tahu, tapi yang ejaannya sesuai dengan aturan. Dapatkah mereka mengejanya? (Kemudian mengungkapkan makna.)
Catatan 

Pengucapan kesalahan dan koreksinya

Beberapa kesalahan umum pengucapan pada banyak pembicara bahasa inggris sebagai bahasa asing adalah:

·         Kesulitan dalam mengucapkan suara th / 0 / dan / 6 /;
·         Kesulitan dalam mengucapkan 'vokal `netral schwa (suku kata pertama dari awa misalnya);
·         Kecenderungan untuk memberikan tekanan seragam untuk suku kata yang harus ringan atau berat.
·         kecenderungan untuk mempersingkat diftong dan membuat mereka menjadi monothongs: misalnya bunyi /ei/ pada way cenderung diucapkan lebih seperti Perancis

Anda mungkin menemukan lebih banyak, atau yang lain, yang dihasilkan oleh peserta didik Anda. kesalahanyang paling penting diperbaiki  adalah mereka yang dengan mudah dapat mengakibatkan kurangnya pemahaman, atau yang membuat ujaran `nyaman 'untuk mendengarkan, dengan prinsip yang sama, kesalahan tidak menghasilkan masalah pemahaman tetapi hanya membuat ujaran sedikit asing yang terdengar mungkin tidak perlu dikoreksi.


BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN.
Pelafalan bahasa Indonesia melibatkan produksi masing-masing bunyi dan pengucapan kata, frasa, dan kalimat dengan ejaan, penekanan dan / atau intonasi yang benar. Selain itu, terdapat cara bagaimana membaca kata dengan benar yang disebut ‘phonetic transcription’ (transkrip fonetik), yang didefinisikan sebagai sejenis penulisan alfabetik di mana tiap-tiap huruf mewakili satu bunyi. Tujuan transkrip fonetik adalah untuk memberikan informasi yang jelas dan tidak ambigu kepada pembelajar bahasa, misalnya bunyi yang mana yang harus digunakan pada suatu kata atau frasa, dan dalam rangka apa mempergunakan bunyi tersebut. Nilai suatu huruf sangat beragam dan tergantung pada (i) konteks fonetik, dan (ii) bahasa atau dialek yang sedang ditulis






DAFTAR PUSTAKA
Ur, Penny .1996. A Course in Language Tecahing (Practice and Theory). Cambridge University Press.

KOTAK SARAN

Name

Email *

Message *