Selamat siang kawan-kawan guru Indonesia, izinkan pada kesempatan ini saya berbagi dengan kawan-kawan guru panduan dasar dalam mempelajari WORD 2007
Unduh Disini
Saturday, November 25, 2017
Tuesday, November 21, 2017
KUMPULAN MATERI BAHASA INDONESIA UNTUK SMP
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuhSalam sejahtera untuk kita semua!
Pada kesempatan ini izinkan saya untuk berbagi dengan rekan-rekan guru utamanya guru Bahasa Indonesia, kumpulan materi Bahasa Indonesia untuk SMP. Kumpulan materi ini didesain dalam bentuk PPT sehingga memudahkan kawan-kawan guru untuk langsung memakainya dalam proses pembelajaran di kelas. Semoga bermanfaat!
MATERI PPT BAHASA INDONESIA UNTUK SMP
Pada kesempatan ini izinkan saya untuk berbagi dengan rekan-rekan guru utamanya guru Bahasa Indonesia, kumpulan materi Bahasa Indonesia untuk SMP. Kumpulan materi ini didesain dalam bentuk PPT sehingga memudahkan kawan-kawan guru untuk langsung memakainya dalam proses pembelajaran di kelas. Semoga bermanfaat!
MATERI PPT BAHASA INDONESIA UNTUK SMP
Sunday, October 1, 2017
Hakikat Bahasa
Dalam batasan
tersebut ada lima butir terpenting yaitu bahwa bahasa itu:
a. Manusiawi
Hanya manusialah yang memiliki sistem simbol untuk berkomunikasi.
Betul bahwa hewan seperti binatang pun berkomunikasi, dan mempunyai sistem
bunyi, tetapi sistem itu bukanlah kata-kata. Dengan demikian mereka tidak
memiliki bahasa. Manusia telah berbahasa sejak dini sejarahnya, dan
perkembangan bahasanya inilah yang membedakan manusia dari makhluk lain; hingga
membuat dirinya mampu berpikir.
b. Dipelajari
Manusia ketika lahir tidak langsung lalu mampu berbicara. anak yang
tidak mempunyai kontak dengan orang lain yang berbahasa seperti dirinya sendiri
akan mengembangkan bahasanya sendiri untuk memenuhi hasrat komunikasinya. Namun
bahasa tidaklah ada artinya bila hanya untuk diri sendiri. Paling tidak
haruslah ada dua orang, supaya ada proses komunikasi. Betul bahwa seseorang
bisa berkomunikasi pada dirinya, namun untuk komunikasi seperti ini tidak perlu
kata-kata.
c. Sistem
Bahasa memiliki seperangkat aturan yang dikenal para penuturnya.
Perangkat inilah yang menentukan struktur apa yang diucapkannya. Struktur ini
disebut grammar. Bagaimanapun primitifnya suatu masyarakat penutur
bahasa, bahasanya itu sendiri bekerja menurut seperangkat aturan yang teratur.
Kenyataan bahwa bahasa sebagai sistem adalah persoalan pemakaian (usage);
bukan ditentukan oleh panitia atau lembaga perumus. Aturan ini dibuat dan
diubah oleh cara orang-orang yang menggunakannya. Aturan ini ada karena para
penuturnya menggunakan bahasa dalam cara tertentu dan tidak dalam cara lain.
Dan karena ada kesepakatan umum tentang aturan ini maka orang menggunakan
bahasa dalam cara tertentu yang memiliki arti. Dikarenakan ada kesepakatan
inilah maka kita bisa mempelajari dan mangajarkan bahasa apa saja.
d. Arbitrer
Bahwa bahasa mempergunakan bunyi-bunyi tertentu dan disusun dalam
cara tertentu pula adalah secara kebetulan saja. Orang-orang
melambangkan satu kata saja untuk melambangkan satu benda, misalnya kata kuda
ditujukan hanyalah untuk binatang berkaki empat tertentu karena orang lain
berbuat demikian. Demikian pula kalimat berbeda dari satu bahasa ke bahasa
lainnya. Dalam bahasa Latin kata kerja cenderung menempati posisi akhir, dalam
bahasa Perancis kata sifat diletakkan setelah kata benda seperti halnya bahasa
Indonesia. Ini adalah semua karena kebetulan saja.
e. Simbolik
Bahasa terdiri atas rentetan simbol arbitrer yang memiliki arti.
Kita bisa menggunakan simbol-simbol ini untuk berkomunikasi sesama manusia
karena manusia sama-sama memiliki perasaan, gagasan, dan keinginan. Dengan
demikian kita menerjemahkan orang lain atas acuan pada pengalaman diri sendiri.
Kalau kita mengerti ujaran orang yang berkata, “Saya lapar”, ini karena kita
pun biasa mengalami peristiwa lapar itu.
Sistem bahasa apapun memungkinkan kita membicarakan sesuatu walau
tidak ada di lingkungan kita. Kita pun bisa membicarakan sesuatu peristiwa yang
sudah terjadi atau yang akan terjadi. Ini dimungkinkan karena bahasa memiliki
daya simbolik, untuk membicarakan konsep apapun juga. Ini pulalah yang
memungkinkan manusia memiliki daya penalaran (reasoning).
Demikianlah lima butir hakikat
bahasa manusia sebagai alat untuk berkomunikasi dan mencirikan dirinya serta
membedakannya dari makhluk lain.
Harimurti Kridalaksana (1983)
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan
oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikaskan diri.
Dari definisi tersebut dapat diuraikan beberapa ciri atau sifat yang
hakiki dari bahasa, antara lain: (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2)
bahasa itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu
bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat
konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal,
(9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu
bersifat dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan
(13) bahasa itu merupakan identitas penuturnya.
3. A. S. Hornby
(1996) Oxford Advanced Learner’s Dictionary
Language: the system of sounds and
word used by humans to express their thoughts and fillings.
4. Ensiklopedi Indonesia Volume 1, Pimred Umum: Hasan Shadily,
Penerbit: PT Ichtiar Baru-van Hoeve Jakarta
Bahasa (bah. Sanskerta: bhasa)
Kumpulan kata dan aturannya yang tetap di dalam menggabungkannya
berupa kalimat. Merupakan sistem bunyi yang melambangkan pengertian-pengertian
tertentu. Bahasa yang hidup senantiasa berkembang karena perubahan-perubahan
bunyi dan bentuk kata serta makna-makna kata. Kata-kata yang bunyi dan
bentuknya berubah artinya tetap misalnya baharu menjadi baru,
afsun(a) menjadi pesona, marapati menjadi merpati, soldadu menjadi
serdadu, dan sebagainya sedangkan artinya tetap. Sebaliknya yang
bunyinya tetap artinya berubah umpamanya budak yang dalam bahasa
Melayu (dan Sunda) berarti anak-anak di dalam bahasa Indonesia berarti
abid (abdi) atau budak belian; menggonggong sekarang di dalam bahasa
Indonesia berarti menyalak. Nyonya dan nona yang dulu hanya
dipakai untuk wanita-wanita Eropa dan Tionghoa sekarang secara umum digunakan
untuk setiap wanita yang masing-masing telah dan belum kawin. Sebagian kosakata
menjadi usang dan mati, lainnya timbul menggantikan; beberapa bentuk tatabahasa
berubah, tetapi secara kekeluruhan bahasa sebagai suatu sistem komunikasi
sosial mempertahankan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Perubahan
bahasa selalu berlangsung dengan perlahan-lahan dan berangsur-angsur baik
mengenai kosakata maupun tatabahasanya. Secara umum bahasa tidak bergantung
kepada susunan masyarakat. Perubahan struktur sosial dan ekonomi sedikit saja
pengaruhnya kepada perkembangan bahasa. Umpamanya bahasa Jepang dari zaman
Samurai yang berdasarkan kekuasaan feodal, kasta militer, kebudayaan pedesaan,
dan ekonomi pertanian tak seberapa berbeda dengan bahasa Jepang sekarang dengan
kekuasaan kaum bangkir dan industrialis, ekonomi industrial dan kebudayaan
kota. Bahasa Arab dari zaman jahilliyyah pra-Islam tak banyak berbeda dengan
bahasa masyarakat Arab sekarang yang industri minyaknya sangat berkembang.
Stephen Ullmam (1977) Semantics An Introduction to the
Science of Meaning
(1) Language is a vehicle of communication. Language is code.
(2) Language exists in a potential state.
(3) Language is a social institution
(4) Language is fixed.
(5) Language is slow moving.
(6) Language is purely psychological
Friday, September 29, 2017
KRITERIA BAHAN AJAR PENGAJARAN MENYIMAK
(Anwar, S.Pd)
PENDAHULUAN
Menyimak adalah keterampilan berbahasa yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari baik formal maupun informal. Menyimak merupakan keterampilan yang cukup mendasar dalam aktivutas berkomunikasi.
Kegiatan yang terjadi di masyarakat kita menunjukkan bahwa kegiatan menyimak lebih banyak dilakukan daripada kegiatan berbahasa lainnya. Berdasarkan hal tersebut maka keterampilan menyimak harus dibina dan ditingkatkan karena sangat dibutuhkan oleh manusia baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk kepentingan di lingkungan pendidikan.
Keberhasilan menyimak sangat tergantung pada pembicara sebagai sumber pesan. Pembicaea yang efektif dalam melaksanakan kegiatannya akan memberi kemudahan kepada penyimak menyerap gagasannya. Penyimak akan efektif apabila ada kerjasama yang baik antara pembicara dan penyimak.
Dalam proses pembelajaran guru hendaknya menjadi pembicara yang baik dan siswa menjadi yang dapat menyerap gagasan guru. Seseorang dikatakan menyimak dengn efektif apabila ia mampu memahami isi pembicaraan dengan baik.
Keterampilan menyimak merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang cukup primer di dunia pendidikan. Pembelajar yang kurang mampu menyimak akan mendapat hambatan dalam menerima materi yang disimaknya. Kesalahan menyimak akan berakibat buruk terhadap keterampilan berbahasa lainnya. Kemampuan menyimak yang efektif, efisien, dan kristis sangat esensial bagi keberhasilan pembelajar dalam belajar.
PEMBAHASAN
A. SITUASI
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Dalam meneliti kegiatan menyimak
dalam kehidupan sehari-hari perlu dilakukan beberapa kegiatan di antaranya :
1. Mengumpulkan Sampel
Anda dapat mengumpulkanm beberapa
situasi yang memungkinkan kita dapat mendengarkan orang lain berbicara. Tentu
saja hal ini termasuk situasi yang memungkinkan orang melakukan aktivutas lain selain
mendengar. Baik menyimak maupun berbicara yang terpenting adalah mereka harus
mengerti apa yang dikatakan. Kita dapat berbicara pada diri snediri melalui
rutinitas harian anda dna mencatat semua perbedaan pengalaman mendengar anda.
2. Menemukan ciri-ciri khusus
Dari sampel yang telah
dikumpulkan apakah anda menemukan ciri-ciri umum yang terjadi dalam beberpa
situasi yang sama. Ciri seperti ini dapat diasosikan dengan jenis-jenis bahasa
yang biasa digunakan, jenis interaksi apa yang dilakukan oleh pendengar.
Contohnya, dalam beberapa situasi penutur berbicara seadanya yang hasulnya
cenderung informal, jenis bahasa yang tidak teratur, begitu juga pendengar
mertespon apa yang dikatakan hanya sikap yang baik dalam mendengarkan. Apakah
anda dapat memikirkan karakteristik umum seperti ini.
Ini tugas yang cukup sulit dan
mungkin saja anda tidak dapat menemukan ide-ide. Berbagilah dengan teman anda
dan jika mungkin bandingkan ide-ide. Berbagilah dengan kolega anda dan jika
mungkin bandingkan ide-ide itu dengan segesti yang diberikan pada sesi
selanjutnya.
a. Kebiasaan informal
Kebanyakan
penutur bahasa yang kita dengar bersifat informal dan spontan. Penutur
menyusunnya seolah-olah cenderung nyaring atau menceritakan suatu memori.
Percakapan
sehari-hari biasanya berlangsung cepat dan ringkas. Ini biasanya terjadi pada
percakapan pendek. Contohnya dalam percakapan, biasanya orang berbicara dalam
beberapa detik sesuai waktu dan giliran bicara.
Pengucapan
dalam kehidupan sehari-hari sering disepelekan karena pembicara menganggap
penyimak telah memahami maksudnya, ini terjadi apabila pembicara dan penyimak
sudah saling mengenal. Pengucapan kata-kata sering diremehkan karena keakraban
pembicara dengan penyimak dan faktanya berbeda dengan presentasi fonologi sesuai
dengan kamus.
Percakapan
informal cenderung pada hal yang tidak sesuai dengan tata bahasa, tuturan
biasanya tidak menjadi masalah karena mereka dapat saling memahami.
b. Harapan dan Tujuan Pendengar
Pendengar
biasanya selalu ingin mengetahui tujuan atau manfaat pembicaraan, siapa yang
berbicara, atau tema apa yang sedang dibicarakan. Setiap orang biasanya
memiliki tujuan yang berbeda dalam mendengar atau memahami sesuatu. Kita
berharap dapat mendegar sesuatu yang relevan dengan tujuan kita.
Penutur
biasanya menuturkan ucapannya langsung pada pendengar. Penutur juga
memperhatikan karakter dan intensitas pendengarnya ketika berututur dan
terkadang merespon langsung terhadap reaksi baik secara verbal atau non verbal
dengan mengubah atau meyesuaikan distorsinya.
B. SITUASI DI KELAS
Keterampilan menyimak diberikan
kepada siswa untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi kegiatan mendengarkan
di luar secarta efektf. Di dalam kelas aktivitas mendengarkan diberikan kepada
siswa dengan menciptakan beberpaa gambara situasi yang dikondisikan seperti
kehidupan nyata.
Alangkah tidak efektifnya
ektivitas mendengarkan siswa adalah sesuatu yang tidak ditemukan siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Mendengar berdasarkan kehidupan sehari-hari lebih
bermakna dibandingkan dengan menyimak bacaan dari buku latihan yang nantinya
harus dijawab oleh siswa.
Keterampilan menyimak mempunyai
peran yang sangat pentig dalam keterampilan berbahasa. Peran menyimak antara
lain sebagai dasar keterampilan menulis, penunjang keterampilan menulis,
memperlancar komunikasi lisan, dan sebagai penambah informasi atau pengetahuan.
Dalam pendidikan formal, menyimak
telah menjadi bagian dari pengajaran bahasa. Namun, selama bertahun-tahun
kebanyakan guru berasumsi bahwa pengajarannya tidak perlu direncanakan
tersendiri. Bahkan ada anggapan bahwa keterampilan menyimak akan dikuasai
dengan sendirinya apabila pengajaran lainnya sudah berjalan baik.
Untuk menjamin berlangsungnya
kegiatan menyimak dengan baik dan efektif maka guru haruslah terlebh dahulu
yakin akan apa yang hendak dikatakannya dan mengetahui cara terbaik untuk
menyampaikannya.
Sebagai seorang guru yang menjadi
fasilitator bagi siswa dalam keterampilan menyimak, guru seharusnya menguasai
keterampilan tersebut dan dapat menjadi contoh bagi pembelajar.
Ada beberapa kegiatan dalam
kehidupan sehari-hari yang dapat dijadikan bahan menyimak di dalam kelas.
Pembelajar dapat menyimak hasil wawancara, pidato, berita dialog, pembacaan
puisi, pembacaan cerita dll.
Menyimak wawancara merupakan
salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran bahasa
Indoensia, pemebelajaran ini dimaksudkan untuk melatih kepekaan siswa dalam
menerima atau mencari informasi. Informasi tersebut dapat digunakan untuk
mendukung keterampilan berbahasa lainnya, seperti berbicara dan menulis.
Pembelajaran menyimak wawancara
dapat dilakukan dengan berbagai cara dan teknik penyajian. Misalnya menyimak
langsung atau tidak langsung. Menyimak
tidak langsung yaitu menyimak rekaman dari kaset atau video.
Menyimak pidato merupakan
kegiatan untuk mendapatkan informasi juga dapat menambah wawasan. Dengan
bertambahnya wawasan dan pengetahuan maka seseorang akan lebih mampu berpikir
dan betindak. Menyimak pidato pembelajar diharapkan dapat menemukan hal-hal
penting dalam pidato tersebut.
Berita merupakan kabar atau
informasi yang disampaikan kepada orang lain. Penyampaian berita dapat secara
lisan ataupun secara tertulis. Penyampaian berita secara tertulis dapat
dilakukan melalui surat kabar, majalah, papan pengumuman, atau surat, sedangkan
berita lisan secara melalui radio, televisi, atau secara langsung seperti
diskusi, simposium, dan pad asaat pembelajaran berlangsung.
Sebenarnya dialog sering sekali
pembelajar saksikan dan simak melalui layar televisi, radio, tape recorder,
maupun media massa lainnya. Yang menjadi pertanyaan mampukah pembelajar
memahami hal-hal yang penting dalam dialog?.
Menyimak dialog yang harus
dilakukan adalah mencatat hal-hal penting dalam dialog. Mecari hal-hal yang
tersirat dalam dialog juga merupakan hal penting yang harus dilakukan. Kegiatan
terakhir dalam menyimak dialog adalah menyimpulkan isi dialog.
Guru dengan memilih materi
simakan yang sesuai dengan kemampuan pembelajar akan menghasilkan proses
belajar-mengajar yang memuaskan dan menyenangkan baik bagi pembelajar maupun
bagi guru sendiri.
Adapun materi simakan yang dapat
dijadikan bnahan pengajaran dengan memiliki berbagai tujuan antara lain :
1. Materi yang tujuannya untuk mendapatkan respon penyimak berupa
bunyi-bunyian, baik barupa suara, suku kata, kata, frase, maupun kalimat.
Bunyi-bunyian tersebut masuk ke dalam alat pendengar kita, sengaja ataupun
tidak disengaja dan menuntut kita untuk memberikan reaksi terhadap pesan bunyi
tersebut.
2. Materi yang memerlukan pemusatan perhatian untuk menentukan
gagasan-gagasan pokok pembicaraan serta gagasan-gagasan penunjangnya.
3. Materi yang tujuannya membandingkan atau mempertentangkan dengan
pengalaman atau pengetahuan penyimak.
4. Materi yang tujuannya menutut penyimak berpikir kritis, yakni
melalui proses analisis, misalnya L menyampaikan hasil seminar, kongres,
diskusi untuk ditanggapi dan dianalisis dari berbagai disiplin ilmu.
5. Materi yang tujuannya untuk menghibur umumnya bersifat santai
seperti mendengarkan pembacaan cerpen, puisi, pementasan drama, dll.
6. Materi yang tujuannya informatif, misalnya : menyimak pengumuman,
instruksi, larangan, penolakan, percakapan baik langsung maupun tidak langsung
(melalui telepon).
7. Materi yang tujuannya deskriminatif yakni menyimak setelah
menerima pesan dapat memberikan rekasi yang sesuai dengan keinginan pembicara,
misalnya : membedakan suara orang susah, orang gembira, orang sedih, orang
khawatir, orang jengkel, dll.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJAR
MENYIMAK
Dalam pembelajaran keterampilan menyimak
perlu dipahami faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak. Apalagi
pembelajar dapat memahami faktor-faktor yang berpengaruh dalam kegiatan
menyimak maka dia akan menghindari faktor tersebut.
1. Faktor Fisik
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan
faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas keaktifannya.
Dalam keadaan seperti ini, dia mungkin saja terganggu serta dibingunkan oleh
upaya yang dilakukan untuk menyimak atau dia kehilangan ide-ide pokok
seluruhnya. Secara fisik dia mungkin jauh di bawah ukuran gizi normal, sangat
lelah, atau mengidap suatu penyakit fisik sehingga perhatiannya dangkal.
Lingkungan fisik juga turut
bertanggung jawab atas ketidakefektifan menyimak seseorang. Ruangan mungkin
terlalu panas, lembab, ataupun terlalu dingin, suara bunyi bising yang
mengganggu dari jalan, atau dari beberapa bagian ruangan tempat belajar.
Faktor-faktor tersebut bersifat sepele. Namun, para guru hendaknya selalu
memperhatikan hal-hal tersebut agar proses belajar mengajar dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
2. Faktor Pengalaman
Sikap merupakan hasil
pertumbuhan, perkembangan dan pengalaman, kurangnya minat merupakan akibat dari
pengalaman yang kurang atau tidak ada sama sekali terhadap bahan simakan.
3. Faktor Sikap
Pada dasarnya manusia mempunyai
dua sikap utama untuk semua hal yaitu sikap menerima dan sikap menolak, orang
akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan tetapi
menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan. Kedua hal
tersebut mempengaruhi pembelajaran menyimak karena dapat membawa pengaruh
negarif dan pengaruh positif.
Sebagai pendidik, tentunya guru
akan memilih dan menanamkan dampak positif kepada anak didiknya dari segala
bahan yang disajikan, khususnya bahan simakan. Menyajikan pelayanan dengan baik
dengan materi yang menarik ditambahn lagi dengan penampilan yang mengagumkan
jelas sangat menguntungkan dan sekaligus membentuk sikap positif pada siswa.
4. Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu
butir penentu keberhassilan seseorang dalam menyimak. Apabila motivasi tinggi
untuk mengerjakan sesuatu, maka diharapkan akan berhasil mencapai tujuan.
Begitu pula halnya dengan menyimak.
Dorongan dan tekad diperlukan
dalam mengerjakan segala sesuatu dalam kehidupan. Menerangkan materi pelajaran
dengan baik dan jelas, mengutarakan apa maksud dan tujuan yang hendak dicapai
dan bagiamana cara mencapai tujuan itu, jelas merupakan suatu bimbingan kepada
siswa untuk menanamkan serta meningkatkan motivasi mereka untuk menyimak dengan
tekun.
5. Faktor Jenis Kelamin
Beberapa pakar menyimpulkan bahwa
laki-laki dan perempuan pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda dan cara
mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula, begitu pula pada
kegiatan menyimak, sifat dan gaya menyimak laki-laki dan perempuan sangat
berbeda.
6. Faktor Lingkungan
Sekolah dan lingkungan fisik
ruangan kelas merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan menyimak.
Ruangan harus tertata dengan rapi tanpa ketegangan dan gangguan. Begitu pula
dengan lingkungan sosial, menciptakan suasana dimana guru merencanakan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan sistem yang dapat memanfaatkan situasi
kelas untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi sehari-hari sesuai dengan
rencana.
7. Faktor Peranan Dalam Masyarakat
Kemauan menyimak dapat
dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat. Sebagai pendidik dituntut
menyimak dengan seksama dan penuh perhatian agar apa yang disimak dapat
menambah ilmu pengetahuan. Pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan dari
masyarakat sangatlah berpengaruh pada kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Kemampuan menyimak dalam masyarakat dapat dilakukan melalui ceramah, wawancara,
dll. Hasilnya dapat diterapkan dan dikaitkan dengan pengalaman pengetahuan saat
guru mengajar dengan situasi dan kondisi saat itu.
Untuk meningkatkan keterampilan
menyimak ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu :
- Bersikaplah secara positif
- Bertindaklah responsif
- Cegahlah gangguan-gangguan
- Simaklah dan ungkaplah maksud pembicara
- Carilah tanda-tanda yang akan datang
- Carilah rangkuman pembicaraan terlebih
dahulu
- Nilailah bahan-bahan penunjang
- Carilah petunjuk-petunjuk non verbal
Dalam
proses menyimak ada beberapa kendala yang sering ditemui yaitu :
- Keegosentrisan
- Keengganan ikut terlibat
- Ketakutan akan perubahan
- Keinginan menghindari pertanyaan
- Puas terhadap penampilan eksternal
- Pertimbangan yang prematur
- Kebingungan semantik
PENUTUP
A. SIMPULAN
Kegiatan menyimak dalam kehidupan
sehari-hari perlu dilakukan beberapa kegiatan di antaranya : mengumpulkan
sampel dan menemukan ciri-ciri khusus.
Ada beberapa kegiatan dalam
kehidupan sehari-hari yang dapat dijadikan bahan menyimak di dalam kelas.
Pembelajar menyimak dapat berupa hasil wawancara, pidato, berita, dialog,
pembacaan puisi,pembacaan cerita, dll.
Faktor-faktor yang berpengaruh
dalam kegiatan menyimak antara lain : faktor fisik, faktor pengalaman, faktor
sikap, faktor motivasi, faktor jenis kelamin, faktor lingkungam dan faktor peranan
dalam masyarakat.
B. SARAN
Untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam pembelajaran menyimak guru hendaknya lebih memahami kendala-kendala
yang dihadapi baik di dalam dan di luar kelas.
Faktor-faktor yang dapat
menghambat pembelajaran menyimak hendaknya dipahami guru dengan baik. Agar
dapat mengantisipasi faktor-faktor penghambat tersebut.
Wednesday, September 27, 2017
SUBSTANSI DATA DAPODIK
DEFINISI DATA
Data
ialah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan
suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf,
angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan
sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep.
Beberapa
definisi tentang data dari sudut pandang yang berbeda-beda:
1. Data
adalah deskripsi dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi.
2. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan
kesatuan nyata.
Kejadian adalah sesuatu yang terjadi
pada saat tertentu. Kesatuan nyata adalah berupa suatu objek nyata seperti
tempat, benda dan orang yang betul-betul ada dan terjadi.
DAPODIK atau singkatan dari Data Pokok Pendidik adalah sistem pendataan skala nasional yang terpadu, dan merupakan sumber data utama pendidikan nasional, yang merupakan bagian dari Program perancanaan pendidikan nasional dalam mewujudkan insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif ( sumber : wikipedia ).
DAPODIK adalah suatu konsep pengelolaan Data Pendidikan yang bersifat
Relational dan Longitudinal, sehingga program-program pembangunan pendidikan
dapat terarah dan akan mempermundah dalam menyusun perencanaan, monitoring dan
evaluasi pembangunan pendidikan dalam rangka peningkatan Mutu Pendidikan yang
Merata dan Tepat Sasaran. Acuan pembangunan pendidikan nasional adalah
terpenuhinya SPM dan SNP dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.
Untuk mewujudkan pembangunan pendidikan tersebut dibagi menjadi empat
faktor/bidang garapan yaitu:
1. PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan)
2. Satuan Pendidikan
3. Peserta Didik, dan
4. Substansi Pendidikan.
Didalam implementasinya keempat faktor pendidikan harus tergambarkan
atau didukung dengan Data Pokok Pendidikan yang sama sumbernya.
Demi melaksanakan perencanaan pendidikan dan juga melakukan program-program pendidikan agar tepat pada sasaran, maka dibutuhkan data dengan prinsip:
- Cepat, artinya informasi/data harus tepat waktu saat diperlukan.
- Tepat, artinya informasi/data yang disajikan harus benar dan sahih
- Akurat, artinya informasi mencerminkan keadaan sebenarnya, bukan rekayasa
- Akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
Prinsip-pronsip di atas menjadi acuan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi kinerja program-program pendidikan nasional dapat dilaksanakan dengan lebih terukur, tepat sasaran, efektif, efisien dan berkelanjutan. untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, maka Departemen Pendidikan Nasional telah mengembangkan suatu sistem pendataan skala nasional yang terpadu dan disebut dengan Data Pokok Pendidikan atau yang lebih kita kenal DAPODIK.
Link Terkait
Saturday, September 23, 2017
MATERI BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA
Materi Bahan Ajar Bahasa Indonesia klik Disini
Tuesday, September 19, 2017
ANALASIS SEMIOTIKA DALAM PUISI
A.
Pengertian Puisi
Puisi merupakan salah
satu jenis karya sastra yang berbeda bentuknya dengan prosa dan drama. Berikut
ini dipaparkan batasan puisi yang diutarakan beberapa ahli:
1.
Aminuddin (1995:
134) memberikan batasan puisi berdasarkan istilah. Ia menyatakan bahwa puisi
berasal dari bahasa Yunani poima ’membuat’
atau posisi ’pembuatan’ dan dalam bahasa
Inggris disebut poem atau poetry. Puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan satu dunia tersendiri yang
mungkin berisi pesan atau gambaran seseorang telah menciptakan suasana tertentu
baik fisik maupun batiniah.
2.
Matthew dalam
Elliot (11:2) menyatakan bahwa puisi adalah bentuk aktivitas intelektual yang
tinggi.
3.
Ralp Waldo Emerson
(dalam Situmarong, 1983: 8) mengatakan bahwa pusis mengajarkan sebanyak mungkin
dengan kata-kata sedikit mungkin. Selain rumusan itu, dia juga mengatakan bahwa
puisi menggerakkan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan serta sebab musabab
yang menyebabkannya.
4.
Lescelles
Abercrombie (dalam Situmarong, 1983: 9)menyatakan bahwa puisi sebagai ekspresi
dari pengalaman imajinatif yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau
pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang
mempergunakan setiap rencana yang matang serta bermanfaat. Berdasarkan beberapa
definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pusis adalah susut
ekspresi jiwa dari seorang penyair untuk menampilkan pengalaman hidup yang
melibatkan imajinasi yang tinggi dengan menggunakan media bahasa yang padat.
B. Pengertian Semiotik
(Semiotics)
Semiotik (semiotika)
adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena
sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu
mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi yang memungkinkan
tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dalam lapangan kritik sastra, penelitian
semiotik meliputi analisis sastra sebagai sebuah penggunaan bahasa yang
bergantung pada (ditentukan) konvensi-konvensi tambahan dan meneliti ciri-ciri
(sifat-sifat) yang menyebabkan bermacam-macam cara (modus) wacana mempunyai
makna (Preminger, dkk, 1974:1980).
Tokoh yang dianggap
pendiri semiotik adalah dua orang yang hidup sezaman, yang bekerja secara
terpisah dan dalam lapangan yang tidak sama (tidak saling mempengaruhi), yang
seorang ahli linguistik yaitu Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan seorang
ahli filsafat yaitu Charles Sander Peirce (1839-1914). Saussure menyebut ilmu
itu dengan nama semiologi, sedangkan Pierce menyebutnya semiotik (semiotics). Kemudian, nama itu sering
dipergunakan berganti-ganti dengan pengertian yang sama. Di Prancis dipergunkan
nama semiologi untuk ilmu itu, sedang di Amerika lebih banyak dipakai nama
semiotik.
C. Tanda: Penanda dan
Petanda
Semiotik adalah ilmu
tanda-tanda. Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified).
Penanda adalah bentukformalnya yang menandai suatu yang disebut petanda,
sedangkan petanda adalah suatu yang ditandai oleh penanda itu yaitu artinya.
Contohnya kata ‘ibu’ merupakan tanda berupa satuan bunyi yang menandai arti:
‘orang yang melahirkan kita’.
Tanda itu tidak hanya
satu macam saja, tetapi ada beberapa berdasarkan hubungan antara penanda dan
petandanya. Jenis-jenis tanda yang utama ialah ikon, indeks, dan simbol.
Ikon adalah tanda yang
menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan
petandanya. Hubungan itu adalah hubungan persamaan, misalnya gambar kuda
sebagai penanda yang menandai kuda (pertanda) sebagai artinya. Potret menandai
orang yang dipotret, gambar pohon menandai pohon.
Indeks adalah tanda yang
menunjukkan hubungan kausal (sebab-akibat) antara penanda dan petandanya,
misalnya asap menandai api, alat penanda angin menunjukkan arah angin, dan
sebagainya.
Simbol adalah tanda yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya,
hubungan bersifat arbitrer (semau-maunya). Arti tanda itu ditentukan oleh
konvensi. ‘ibu’ adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat bahasa (Indonesia). Orang Inggris
menyebutnya mother, Prancis
menyebutnya la mere, dan sebagainya. Adanya bermacam-macam tanda
untuk satu arti itu menunjukkan “kesemena-menaan” tersebut. Dalam bahasa, tanda
yang paling banyak digunakan adalah simbol.
Perlu diperhatikan,
dalam penelitian sastra dengan pendekatan semiotik, tanda yang berupa indekslah
yang paling banyak dicari (diburu), yaitu berupa tanda-tanda yang menunjukkan
hubungan sebab-akibat (dalam pengertian luasnya). Misalnya, dalam penokohan,
seorang tokoh tertentu, misalnya dokter (Tono dalam Belenggu) dicari tanda-tanda yang memberikan indeks bahwa ia
dokter. Misalnya Tono, ia selalu mempergunakan istilah-istilah kedokteran,
alat-alat kedokteran, mobil bertanda simbol dokter, dan sebagainya.
D. Metode Semiotik
dalam Penelitian Sastra
Dikemukakan Preminger dkk (1974:981) bahwa penerangan
semiotik itu memang objek-objek atau laku-laku sebagai parole (laku tuturan) dari suatu langue (bahasa:sistem linguistik) yang mendasari “tata bahasanya”
harus dianalisis.
Peneliti harus
menyendirikan satuan-satuan minimal yang digunakan oleh sistem tersebut;
peneliti harus menentukan kontras-kontras di antara satuan-satuan yang
menghasilkan arti (hubungan-hubungan paradigmatik) dan aturan-aturan kombinasi
yang memungkinkan satuan-satuan itu untuk dikelompokkan bersama-sama sebagai
pembentuk-pembentuk struktur yang lebih luas (hubungan-hubungan sintakmatik).
Dikatakan selanjutnya oleh Premiger bahwa studi semiotik sastra adalah usaha
untuk menganalisis sistem tanda-tanda. Oleh karena itu, peneliti harus
menenukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna.
Karya sastra merupakan
sebuah sistem yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri. Dalam sastra ada
jenis-jenis sastra (genre) dan
ragam-ragam; jenis sastra prosa dan puisi, prosa mempunyai ragam: cerpen,
novel, dan roman (ragam utama). Genre puisi mempunyai ragam : puisi lirik,
syair, pantun soneta, balada, dan sebagainya. Tiap ragam itu merupakan sistem
yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri. Dalam menganalisis karya sastra,
peneliti harus menganalisis sistem tanda itu dan menentukan konvensi-konvensi
apa yang memungkinkan tanda-tanda atau struktur tanda-tanda dalam ragam sastra
itu mempunyai makna.
Sebagai contohnya, genre puisi merupakan sistem tanda, yang
mempunyai satuan-satuan tanda (yang minimal) seperti kosa kata, bahasa kiasan,
di antaranya: personifikasi, simile, metafora, dan metonimi. Tanda-tanda itu
mempunyai makna berdasarkan konvensi-konvensi(dalam) sastra. Di antara
konvensi-konvensi puisi adalah konvensi kebahasaan: bahasa kiasan, sarana
retorika, dan gaya bahasa pada umumnya. Di samping itu, ada konvensi ambiguitas
(makna ganda), kontra indikasi, dan nounse. Ada pula konvensi visual berhubung
karya sastra (puisi)juga ditulis, konvensi visual tersebut di antaranya: bait,
baris sajak, enjambement, sajak (rima), tipografi, dan homologue. Konvensi
kepuitisan visual sajak tersebut dalam linguistik tidak mempunyai arti, tetapi
dalam sastra mempunyai atau menciptakan makna. Tentu saja, masih ada
konvensi-konvensi lain yang menyebabkan karya sastra mempunyai makna.
Cerpen pun mempunyai
konvensi-konvensi sendiri yang lain dari konvensi puisi, misalnya konvensi yang
berhubungan dengan bentuk cerita dan sifat naratifnya, misalnya plot,
penokohan, latar atau setting, dan pusat pengisahan (point of view); di samping
itu, juga mempunyai konvensi kebahasan yang berupa gaya bahasa. Elemen-elemen
cerpen itu merupakan satuan-satuan yang harus dianalisis dan
disendiri-sendirikan (dalam arti diekplisitkan).
Arti atau makna satuan
itu tidak lepas dari konvensi-konvensi sastra pada umumnya ataupun konvensi-konvensi
tanda-tanda sastra. Seperti telah diterangkan, tanda-tanda itu mempunyai arti
atau makna disebabkan oleh konvensi-konvensi. Konvensi itu merupakan perjanjan
tersebut adalah perjanjian tak tertulis, disampaikan secara turun-temurun,
bahkan kemudian sudah menjadi hakikat sastra dan konvensi-konvensi tersebut.
Tanpa demikian, karya sastra tidak akan dapat “direbut” (direkuperasi) maknanya
secara optimal. (Dapat juga diganti “diberi makna”, bukan “direbut”, tergantung
sudut pandang atau orientasinya).
Di samping metode yang
telah terurai, ada metode yang lebih khusus untuk meneliti karya sastra secara
semiotik: pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik atau retroaktif yang
akan diuraikan kemudian.
Untuk lebih mudah
penelitian (atau pendekatan) semiotik yang berikut dibicarakan konvensi yang
penting dalam karya sastra, yaitu konvensi ketaklangsungan ekspresi sastra dan
konvensi hubungan antarteks.
E. Pembacaan Semiotik
: Heuristik dan Hermeneutik atau Retroaktif
Untuk dapat memberikan
makna sejak secara semiotik, pertama kali dapat dilakukan dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik atau retroaktif
(Riffaterre, 1978:5-6). Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan
struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem
semiotik tingkat pertama. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaaan karya sastra
berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau berdasarkan konvensi sastranya.
Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang (retroaktif) sesudah pembacaan
heuristik dengan memberi konvensi sastranya.
Pembacaan heuristik pada
sajak dan cerkan pastilah sedikit berbeda meskipun pada prinsipnya sama. Hal
ini disebabkan cerkan bahasanya tidak begitu menyimpang dari tata bahasa baku.
Pembacaan heuristik cerkan adalah pembacaan “tata bahasa” ceritanya, yaitu
pembacaan dari awal sampai akhir cerita secara berurutan. Untuk mempermudah
pembacaan ini dapat berupa pembuatan sinopsis cerita. Cerita yang beralur sorot
balik (dapat) dibaca secara alur lurus. Pembacaan heuristik itu adalah
penerangan kepada bagian-bagian cerita secara berurutan. Begitu juga, analisis
bentuk formalnya merupakan pembacaan heuristik.
Untuk contoh pembacaan
heuristik dan hermeneutik itu di sini diambil sajak Subagyo Sastrowardojo
berikut ini.
DEWA TELAH MATI
Tak ada dewa di rawa-rawa ini
Hanya gagak yang mengakak malam hari
Dan siang terbang mengitari bangkai
pertapa yang terbunuh dekat kuil
Dewa telah mati di tepi-tepi ini
Hanya ular yang mendesir dekat sumber
Lalu minum dari mulut
pelacur yang tersenyum dengan bayang sendiri
Bumi ini perempuan jalang
yang menarik laki-laki jantan dan pertapa
ke rawa-rawa mesum ini
dan membunuhnya pagi hari.
(Simphoni,
1975: 9)
F. Pembacaaan
Heuristik
Dalam pembacaan
heuristik ini, sajak dibaca berdasarkan struktur kebahasaannya. Untuk
memperjelas arti bilamana perlu disimpan kata atau sinonim kata-katanya ditaruh
dalam tanda kurung. Begitu juga, struktur kalimatnya disesuaikan dengan kalimat
baku (berdasarkan tata bahasa normatif); bilamana perlu susunannya dibalik
untuk memperjelas arti. Pembacaan heuristik “Dewa Telah Mati” itu sebagai
berikut.
Bait ke-1
Di rawa ini tak ada
dewa. (Yang ada) hanya gagak yang mengakak (bergaok-gaok) pada malam hari, dan
di waktu siang hari (gagak itu) terbang mengitari bangkai pertapa yang terbunuh
(di) dekat kuil.
Bait
ke-2
Di tepi-tepi ini (di
rawa-rawa ini) dewa telah mati. (Yang ada) hanya ular yang mendesir (menjalar
dengan berisik) dekat sumber (sumber ait, kolam, atau danau). Lalu (ular itu) minum
(air sumber itu) dari mulut pelacur (dengan mulut pelacur) yang tersenyum
dengan bayangan sendiri (tersenyum melihat bayangannya sendiri yang cantik).
Bait
ke-3
(Begitulah pada
hakikatnya; sesungguhnya) bumi ini adalah perempuan jalang (pelacur, perempuan
nakal) yang menarik laki-laki jantan dan pertapa ke rawa-rawa mesum ini; dan
membunuhnya di pagi hari.
Tentu saja pembacaan
heuristik ini belum memberikan makna sajak yang sebenarnya. Pembacaan ini
terbatas pada pemahaman terhadap arti bahasa sebagai sistem semiotik tingkat
pertama, yaitu konvensi bahasanya.
G. Pembacaan
Retroaktif atau Hermeneutik
Pembacaan heuristik
harus di ulang kembali dengan bacaan retroaktif
dan ditafsirkan secara hermeneutik
berdasarkan konvensi sastra (puisi), yaitu sistem semiotik tingkat kedua.
Konvensi sastra yang memberikan makna itu di antaranya konvensi ketaklangsungan
ucapan (ekspresi) sajak, seperti telah dibicarakan di muka. Pembacaan
hermeneutik itu sebagai berikut.
“Dewa Telah Mati”
mengiaskan bahwa dewa atau secara ‘luasnya Tuhan telah “mati”, berarti tuhan
tidak dipercaya lagi oleh orang-orang (manusia). Secara keseluruhan bacaan
(tafsiran) sajak tersebut sebagai berikut:
Bait
ke-1
Di tempat-tempat yang
penuh kemaksiatan (rawa-rawa ini) Tuhan tidak dipercayai lagi oleh orang-orang
(manusia). Di tempat yang penuh kemaksiatan ini hanya orang-orang jahat
(koruptor, perampok, dan sebagainya). Orang-orang jahat (gagak) tersebut
melakukan kejahatan atau bersimarajalela (mengakak) di masa kacau, masa gelap
(malam hari). Mereka (orang-orang jahat itu) beramai-ramai mengelilingi harta
yang haram (bangkai) milik orang-orang suci (pertapa, para pemeluk agama) yang
ingkar (pada hakikatnya sudah mati). Mereka terbunuh (oleh kejahatan) dekat
tempat sucinya, tempat peribadatannya (kuil, gereja, masjid, dll).
Bait
ke-2
Tuhan telah tidak
dipercaya lagi atau orang-orang telah ingkar kepada Tuhan di tempat-tempat
pinggir (tempat yang tidak benar), tempat yang penuh kemesuman, kemaksiatan,
atau kejahatan. Oleh karena itu, yang ada (pada hakikatnya) hanya orang-orang
jahat (ular) yang berbuat jahat, melakukan makar di tempat-tempat kekayaan,
keberuntungan (mendesir dekat sumber). Para penjilat itu (ular itu) lalu
memuaskan nafsunya (minum) dari mulut para pelacur atau dengan mulut pelacur
(orang-orang yang melacurkan diri, menjual harga dirinya). Artinya, orang-orang
tersebut mendapat kekayaan, kesenangan, kebahagiaan, pangkat, atau kekuasaan
dari “melacurkan diri”: menjilat atasannya atau para penguasa demi keuntungan
dirinya, tak peduli halal atau haram. Mereka tidak peduli kehinaan, bahkan
masih dapat tersenyum (berbangga diri) melihat bayangannya di depan cermin
(rupanya yang tampak “indah” di kaca). Mereka masih mengagumi kehebatannya,
kekayaannya yang sebelumnya hanya palsu (hanya bayangan).
Bait
ke-3
Berdasarkan pada baik
ke-1 dan ke-2, yaitu di tempat ini, di negeri ini, dipenuhi oleh orang jahat
yang hanya mementingkan kehidupan dunia yang maya yang didapat dari hasil
kejahatan, perbuatan hina, maka pada hakikatnya dunia dan kehidupan ini tampak
seperti yang tergambar dalam bait ke-3 sebagai berikut.
Pada hakikatnya dunia
dan kehidupan ini (bumi ini) adalah perempuan jalang (pelacur yang menjual
keindahan dan kenikmatan tubuhnya) yang menawarkan kenikmatan dunia yang fana
kepada orang-orang yang hanya memuaskan hawa nafsu keduniawian saja, bahkan
orang suci (pertapa) pun menjadi munafik. Kehidupan yang haram itu
menjerumuskan mereka itu ke tempat-tempat penuh kejahatan, kemaksiatan dan
kemesuman. Oleh karena itu, membunuh mereka yang hanya terpikat kepada
keduniawian yang fana yang penuh “penyakit “ pada waktu mulai timbulnya harapan
kehidupan yang baik (pagi hari).
Tentu saja, masih ada
cara-cara lain untuk mendekati atau meneliti karya sastra secara semiotik. Akan
tetapi, apa yang telah terurai adalah cara-cara atau metode utama dalam
penelitian sastra dengan teori dan metode semiotik.
Subscribe to:
Posts (Atom)