BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua aktivitas manusia di berbagai sektor
membutuhkan keterampilan menulis, seperti menulis surat, menulis surat kabar,
menulis laporan, menulis makalah, menulis karya sastra, menulis surat
perjanjian, dan sebagainya. Karena pentingnya keterampilan menulis, maka para
ahli pengajaran bahasa menempatkan keterampilan menulis pada tingkat paling
tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Keterampilan menulis memang merupakan
keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah keterampilan
menyimak, berbicara, dan membaca. Dengan demikian, keterampilan menulis
merupakan keterampilan berbahasa yang dianggap paling rumit.
Namun, kenyataan dewasa ini, pembelajaran menulis
termasuk di sekolah menengah umum belum menggembirakan. Hasil penelitian yang
menyatakan hal tersebut, antara lain: Arsidin (1998) dalam hasil penelitiannya
mengungkapkan bahwa keterampilan menulis siswa SMU PGRI Makassar belum memadai.
Demikian pula yang dikemukakan oleh Sulle (1999) dalam hasil penelitiannya
bahwa pada umumnya karangan siswa SMP Kristen Makale menggunakan struktur
bahasa lisan. Hasil penelitian yang sama diungkapkan pula oleh Paelori (2001)
bahwa siswa kelas II SMP Tamalate Kota Makassar belum mampu menggunakan
struktur bahasa Indonesia baku dalam karangan.
Dengan mencermati
kenyataan tersebut, maka pembelajaran menulis perlu dibenahi dengan menggunakan
strategi pembelajaran yang memandang siswa sebagai subjek belajar. Pembelajaran
perlu dirancang untuk memberikan pengalaman belajar langsung yang melibatkan
proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Strategi pembelajaran yang relevan dengan
keadaan tersebut adalah Starategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
SPBM (Starategi Pembelajaran
Berbasis Masalah) inilah
diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Di mulai dari masalah yang sederhana sampai
kepada masalah yang kompleks; dari mulai masalah pribadi sampai kepada masalah
keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah
dunia.
B.
Permasalahan
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka permasalahannya adalah:
- Bagaimanakah
konsep dasar dan karakteristik strategi pembelajaran berbasis masalah?
- Bagaimanakah pelaksanaan SPBM dalam
Pembelajaran Menulis?
C.
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini, adalah:
- menguraikan konsep dasar dan karakteristik strategi pembelajaran berbasis masalah?
- menguraikan pelaksanaan SPBM dalam Pembelajaran Menulis.
D. Manfaat
Sebagai
mahasiswa pascasarjana program kehususan pendidikan bahasa Indonesia, pemahaman
konsep dasar, karakteristik SPBM dan pelaksanaannya dalam pembelajaran menulis memiliki berbagai manfaat, antara lain:
- Memiliki wawasan yang luas tentang
berbagai strategi pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya SPBM.
- Dengan
memahami SPBM, maka kemungkinan strategi tersebut dapat diterapkan dalam
pebelajaran keterampilan berbahasa yang lain dan tingkatan pendidikan yang
berbeda-beda.
- Memahami
dan mengemukakan pendapat dengan menggunakan pendekatan ilmiah melalui
penyusunan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar dan
Karakteristik SPBM
SPBM (Starategi Pembelajaran Berbasis
Masalah) dapat diartikan
sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama dari
SPBM. Pertama, SPBM merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus
dilakukan siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekadar mendengarkan,
mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui SPBM siswa
aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan. Kedua,
aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata
kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada
proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan
masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan
induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris.
Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu;
sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan
fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan SPBM,
guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat
dipecahkan. Kriteria pemilihan
bahan pelajaran dalam SPBM, adalah:
- Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik (conflict issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman video, TV, dan lingkungan masyarakat.
- Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
- Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya.
- Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
- Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.
Kriteria pemilihan
strategi, yaitu: relevan dengan tujuan/kompetensi dasar, memudahkan siswa
memahami materi, mewujudkan pengalaman belajar, meransang siswa belajar, mengembangkan
keterampilan berbahasa, mengembangkan kreatvitas siswa, tidak menuntut
peralatan yang rumit, mudah dilaksanakan, dan menciptakan suasana Pakem
(Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan).
Hakikat
masalah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi
yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang
diharapkan. Kesenjangan ter sebut bisa dirasakan dari adanya keresahan,
keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau
topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan
tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
David
Johnson & Johnson ( Sanjaya, 2006:215) mengemukakan ada 5 langkah SPBM
melalui kegiatan kelompok.
- Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
- Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghamba yang diperkirakan.
- Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan
- Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
- Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan; sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.
B. Pelaksanaan SPBM dalam
Pembelajaran Menulis
Pelaksanaan SPBM (Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah)
dalam pembelajaran menulis tidak terlerpas dari usaha guru mengidentifikasi
materi dan mengembangannya dalam pembelajaran.
Mengidentifikasi materi
pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar menulis dengan mempertimbangkan:
- potensi peserta didik;
- relevansi dengan karakteristik daerah;
- tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
- kebermanfaatan bagi peserta didik;
- struktur keilmuan;
- aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
- relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
- alokasi waktu.
Contoh,
kompetensi dasar menulis yang perlu dipelajari pada Kelas X SMA, adalah menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan
waktu dan tempat dalam bentuk paragraf
naratif. Identifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi
dasar adalah menulis cerita perjalanan ke tempat rekreasi yang dianggap
berkesan. Hal ini sesuai potensi peserta didik yang senang berkrekreasi, sesuai
karakteristik daerah yang memiliki tempat rekreasi. Kegiatan rekreasi
melibatkan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik
dan kebermanfaatan bagi peserta didik. Menulis cerita memiliki struktur
keilmuan yaitu tentang menulis karangan narasi. Kegiatan ini juga terjamin aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi
pembelajaran;relevansi dengan
kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan alokasi waktu.
Pada
dasarnya, menulis merupakan proses kreatif. Proses itu mulai munculnya ide
dalam benak penulis, menangkap dan merenungkan ide tersebut, mematangkan ide
tersebut dan menatanya, dan diakhiri dengan menuliskan ide tersebut dalam
bentuk tulisan. Oleh karena itu, perlu pembelajaran yang lebih kreatif pula.
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
- Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
- Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
- Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
Pengembangan kegiatan pembelajaran
dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai pada
kelas X SMA adalah menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif, dengan langkah-langkah: Guru
memberikan bantuan kepada para pendidik mengamati langsung sebuah objek untuk
dideskripsikan dalam sebuah tulisan. Misalnya mengobservasi lingkungan sekolah,
antara lain pekarangan sekolah, gedung sekolah, kantin, kantor, ruangan belajar,
dan situasi proses belajar mengajar yang menarik. Guru mempersiapkan materi
pembelajaran, RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) dan alat penilaian
sehingga guru benar-benar secara profesional menangani pembelajaran. Rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk
mencapai kompetensi dasar, mengikuti alur pengembangan pragraf deskripsi, yaitu
observasi, penulisan kerangka karangan, pengembangan kerangka karangan, dan revisi.
Ada dua unsur yang tercermin dalam pengelolaan pengalaman belajar yaitu
kegiatan siswa dan materi pembelajaran.
Sesuai dengan tujuan SPBM dalam menulis karya tulis
adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk SPBM yang dikemukakan
para ahli, maka secara umum SPBM bisa dilakukan dengan langkah-langkah:
1. Menyadari Masalah
Implementasi SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang
harus dipecahkan dan perlu ditulis. Akhir-akhir ini, negara kita dilanda
bencana seperti tsunami, angin puting beliung, tanah lonsor, dan kecelakaan lalu
lintas yang menarik dijadikan masalah dalam sebuah tulisan. Masalah
perselingkuhan, poligami, video porno dan kematian Alda tentu tak kalah
menariknya untuk disoroti. Guru perlu mengarahkan siswa mencari masalah yang
aktual dalam lingkungannya.
Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan
yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai
oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap
kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Mungkin pada tahap
ini siswa dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, akan tetapi guru dapat
mendorong siswa agar menentukan satu atau dua kesenjangan yang pantas dikaji
baik melalui kelompok besar atau kelompok kecil atau bahkan individual.
2. Merumuskan Masalah
Bahan
pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya
difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan masalah sangat
penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan
persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan
untuk menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam langkah ini
adalah siswa dapat menentukan prioritas masalah. Siswa dapat memanfaatkan
pengetahuannya untuk mengkaji, memerinci, dan menganalisis masalah sehingga
pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik, dan dapat dipecahkan
dalam bentuk tulisan.
3. Merumuskan Hipotesis
Sebagai proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir
deduktif dan induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting
yang tidak boleh ditinggalkan. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam
tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin
diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat inilah pada akhirnya siswa
diharapkan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. Dengan
demikian, upaya yang dapat dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan data yang
sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
4. Mengumpulkan Data
Sebagai proses berpikir empiris, keberadaan data dalam proses berpikir
ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian
masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang
ada. Proses berpikir ilmiah bukan proses berimajinasi akan tetapi proses yang
didasarkan pada pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa didorong
untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini
adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilah data, kemudian memetakan
dan menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.
5. Menguji Hipotesis
Berdasarkan
data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis mana yang diterima
dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini
adalah kecakapan Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya
dengan masalah yang dikaji. Di samping itu, diharapkan siswa dapat mengambil
keputusan dan kesimpulan.
6. Menentukan Pilihan
Penyelesaian
Menentukan
pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses SPBM. Kemampuan yang
diharapkan dari tahap ini, adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian
yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang
akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk
memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.
Fase ke-
|
Indikator
|
Aktivitas
Guru
|
1
|
Orientasi siswa kepada masalah
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
|
2
|
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
|
Guru
membantu siswa mendefinisikan dan meng-organisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
|
3
|
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksprimen, untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah
|
4
|
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
|
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
|
5
|
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
|
Daftar
Pustaka
Azies, Furqanul dan
Chaedar Alwasilah. 2000. Pengajaran
Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya.
Budinuryanta dkk. 1999. Pendidikan
Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 1999. Metode Alternatif Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta:
Dirjen Dikdasmen.
Sanjaya, Wina.
2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Strandar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sumardi, Muljanto dkk. 1992. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa
dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.