SELAMAT DATANG! SEMOGA PERSEMBAHAN KAMI DALAM BLOG INI BERMANFAAT! JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR PADA TULISAN KAMI! TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG!

Tuesday, August 2, 2016

Makalah Karakteristik Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hampir semua aktivitas manusia di berbagai sektor membutuhkan keterampilan menulis, seperti menulis surat, menulis surat kabar, menulis laporan, menulis makalah, menulis karya sastra, menulis surat perjanjian, dan sebagainya. Karena pentingnya keterampilan menulis, maka para ahli pengajaran bahasa menempatkan keterampilan menulis pada tingkat paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Keterampilan menulis memang merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Dengan demikian, keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dianggap paling rumit.
Namun, kenyataan dewasa ini, pembelajaran menulis termasuk di sekolah menengah umum belum menggembirakan. Hasil penelitian yang menyatakan hal tersebut, antara lain: Arsidin (1998) dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa keterampilan menulis siswa SMU PGRI Makassar belum memadai. Demikian pula yang dikemukakan oleh Sulle (1999) dalam hasil penelitiannya bahwa pada umumnya karangan siswa SMP Kristen Makale menggunakan struktur bahasa lisan. Hasil penelitian yang sama diungkapkan pula oleh Paelori (2001) bahwa siswa kelas II SMP Tamalate Kota Makassar belum mampu menggunakan struktur bahasa Indonesia baku dalam karangan.
Dengan mencermati kenyataan tersebut, maka pembelajaran menulis perlu dibenahi dengan menggunakan strategi pembelajaran yang memandang siswa sebagai subjek belajar. Pembelajaran perlu dirancang untuk memberikan pengalaman belajar langsung yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan,  dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.  Strategi pembelajaran yang relevan dengan keadaan tersebut adalah Starategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
SPBM (Starategi Pembelajaran Berbasis Masalah) inilah diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Di mulai dari masalah yang sederhana sampai kepada masa­lah yang kompleks; dari mulai masalah pribadi sampai kepada masa­lah keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah dunia.
B. Permasalahan
            Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahannya adalah:
  1. Bagaimanakah konsep dasar dan karakteristik strategi pembelajaran berbasis masalah?
  2. Bagaimanakah pelaksanaan SPBM dalam Pembelajaran Menulis?
C. Tujuan
            Tujuan penulisan makalah ini, adalah:
  1. menguraikan konsep dasar dan karakteristik strategi pembelajaran berbasis masalah?
  2. menguraikan pelaksanaan SPBM dalam Pembelajaran Menulis.
D. Manfaat
      Sebagai mahasiswa pascasarjana program kehususan pendidikan bahasa Indonesia, pemahaman konsep dasar, karakteristik SPBM dan pelaksanaannya dalam pembelajaran menulis  memiliki berbagai manfaat, antara lain:
  1. Memiliki wawasan yang luas tentang berbagai strategi pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya SPBM.
  2. Dengan memahami SPBM, maka kemungkinan strategi tersebut dapat diterapkan dalam pebelajaran keterampilan berbahasa yang lain dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda.
  3. Memahami dan mengemukakan pendapat dengan menggunakan pendekatan ilmiah melalui penyusunan makalah ini.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar dan Karakteristik SPBM
SPBM (Starategi Pembelajaran Berbasis Masalah) dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama dari SPBM. Pertama, SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekadar men­dengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembela­jaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM, adalah:
  1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik (conflict issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman video, TV, dan lingkungan masyarakat.
  2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
  3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal), sehingga terasa man­faatnya.
  4. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
  5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.
Kriteria pemilihan strategi, yaitu: relevan dengan tujuan/kompetensi dasar, memudahkan siswa memahami materi, mewujudkan pengalaman belajar, meransang siswa belajar, mengembangkan keterampilan berbahasa, mengembangkan kreatvitas siswa, tidak menuntut peralatan yang rumit, mudah dilaksanakan, dan menciptakan suasana Pakem (Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan).
Hakikat masalah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara ke­nyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan ter sebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
David Johnson & Johnson ( Sanjaya, 2006:215) mengemukakan ada 5 langkah SPBM melalui kegiatan kelompok.
  1. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari pe­ristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
  2. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadi­nya masalah, serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghamba yang diperkirakan.
  3. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan
  4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambil­an keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
  5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pe­laksanaan kegiatan; sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.
B.     Pelaksanaan SPBM dalam Pembelajaran Menulis
Pelaksanaan SPBM (Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah) dalam pembelajaran menulis tidak terlerpas dari usaha guru mengidentifikasi materi dan mengembangannya dalam pembelajaran.
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar menulis dengan mempertimbangkan:
  1. potensi peserta didik;
  2. relevansi dengan karakteristik daerah;
  3. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
  4. kebermanfaatan bagi peserta didik;
  5. struktur keilmuan;
  6. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
  7. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
  8. alokasi waktu.
Contoh, kompetensi dasar menulis yang perlu dipelajari pada Kelas X SMA, adalah menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu  dan tempat dalam bentuk paragraf naratif. Identifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar adalah menulis cerita perjalanan ke tempat rekreasi yang dianggap berkesan. Hal ini sesuai potensi peserta didik yang senang berkrekreasi, sesuai karakteristik daerah yang memiliki tempat rekreasi. Kegiatan rekreasi melibatkan tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik dan kebermanfaatan bagi peserta didik. Menulis cerita memiliki struktur keilmuan yaitu tentang menulis karangan narasi. Kegiatan ini juga terjamin aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan alokasi waktu.
Pada dasarnya, menulis merupakan proses kreatif. Proses itu mulai munculnya ide dalam benak penulis, menangkap dan merenungkan ide tersebut, mematangkan ide tersebut dan menatanya, dan diakhiri dengan menuliskan ide tersebut dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, perlu pembelajaran yang lebih kreatif pula.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
  1. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
  2. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
  3. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
  4. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
Pengembangan kegiatan pembelajaran dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai pada  kelas X SMA adalah menulis hasil observasi dalam bentuk  paragraf deskriptif, dengan langkah-langkah: Guru memberikan bantuan kepada para pendidik mengamati langsung sebuah objek untuk dideskripsikan dalam sebuah tulisan. Misalnya mengobservasi lingkungan sekolah, antara lain pekarangan sekolah, gedung sekolah, kantin, kantor, ruangan belajar, dan situasi proses belajar mengajar yang menarik. Guru mempersiapkan materi pembelajaran, RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) dan alat penilaian sehingga guru benar-benar secara profesional menangani pembelajaran. Rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar, mengikuti alur pengembangan pragraf deskripsi, yaitu observasi, penulisan kerangka karangan, pengembangan kerangka karangan, dan revisi. Ada dua unsur yang tercermin dalam pengelolaan pengalaman belajar yaitu kegiatan siswa dan materi pembelajaran.
            Sesuai dengan tujuan SPBM dalam menulis karya tulis adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk SPBM yang dikemukakan para ahli, maka secara umum SPBM bisa dilakukan dengan langkah-langkah:
1. Menyadari Masalah
Implementasi SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan dan perlu ditulis. Akhir-akhir ini, negara kita dilanda bencana seperti tsunami, angin puting beliung, tanah lonsor, dan kecelakaan lalu lintas yang menarik dijadikan masalah dalam sebuah tulisan. Masalah perselingkuhan, poligami, video porno dan kematian Alda tentu tak kalah menariknya untuk disoroti. Guru perlu mengarahkan siswa mencari masalah yang aktual dalam lingkungannya.
Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus di­capai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Mungkin pada tahap ini siswa dapat menemukan ke­senjangan lebih dari satu, akan tetapi guru dapat mendorong siswa agar menentukan satu atau dua kesenjangan yang pantas dikaji baik melalui kelompok besar atau kelompok kecil atau bahkan individual.
2. Merumuskan Masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpul­kan untuk menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam langkah ini adalah siswa dapat menentukan prioritas masalah. Siswa dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk meng­kaji, memerinci, dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik, dan dapat dipecahkan dalam bentuk tulisan.
3. Merumuskan Hipotesis
Sebagai proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir deduktif dan induktif, maka merumuskan hipotesis me­rupakan langkah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan data yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
4. Mengumpulkan Data
Sebagai proses berpikir empiris, keberadaan data dalam proses berpikir ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menen­tukan cara penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada. Proses berpikir ilmiah bukan proses berimajinasi akan tetapi proses yang didasarkan pada peng­alaman. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilah data, kemudian memetakan dan menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.
5. Menguji Hipotesis
Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentu­kan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak. Kemampu­an yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah kecakapan Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubung­annya dengan masalah yang dikaji. Di samping itu, diharapkan siswa dapat mengambil keputusan dan kesimpulan.
6. Menentukan Pilihan Penyelesaian
  Menentukan pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses SPBM. Kemampuan yang diharapkan dari tahap ini, adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

Fase ke-
Indikator
Aktivitas Guru
1
Orientasi  siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan meng-organisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan  informasi yang sesuai, melaksanakan eksprimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Daftar Pustaka


Azies, Furqanul dan Chaedar Alwasilah. 2000. Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya.

Budinuryanta dkk. 1999. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 1999. Metode Alternatif Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Strandar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sumardi, Muljanto dkk. 1992. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Comments
0 Comments

No comments:

KOTAK SARAN

Name

Email *

Message *